Kelas X IPS 1 SMAN 1 Ngemplak Boyolali dimasukan dalam silabus sosiologi dan direncanakan dalam Rancangan Pembelajaran yang disetujui kepala sekolah dan diperiksa oleh ketua PKB serta dimonitoring oleh pengawas sekolah sehingga dapat menjadi program kesiapsiagaan yang berkelankutan diberikan pada siswa kelas X SMA yang menggunakan kurikulum 2013 yang didesain menjadi kurikulum sekolah SMAN 1 Ngemplak Boyolali.
 II.     Pembahasan
 A. Kajian Pustaka
Upaya meningkatkan kesiapsiagaan bencana alam adalah hasil yang diharapkan dari praktik baik melalui PRA dan unggahan video simulasi di youtube. Karena Indonesia sangat rawan bencana alam terletak digaris khatulistiwa yang menyebabkan musim penghujan dan kekeringan melanda negeri ini dengan konsekuensi bencana banjir, longsor pada musim penghujan. Sedangkan pada musim kemarau adalah ancaman bencana kekeringan, kebakaran hutan.
Secara geologi terletak diantara pertemuan lempeng pasifik, lempeng eurasia dan lempeng hindia belanda yang beresiko terancam gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami dan bencana teknonik yang lain. Untuk mengatasi bencana yang berasal dari kekuatan alam akan sangat sulit oleh sebab itu Undang -- Undang nomor 24 tahun 2017 lebih menekankan usaha usaha preventif seperti pendidikan kesiapsiagaan bencana alam. " Dalam menghadapi ancaman bencana, kesiapsiagaan menjadi kunci keselamatan Anda. Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna" [2].
Upaya -- upaya penting dalam kesiapsiagaan bencana alam adalah pertama, memahami bahaya disekitar lingkungan. Kedua, memahami sistem peringatan dini setempat, ketiga ; mengetahui rute evakuasi dan rencana pengungsian. Keempat, memiliki rencana antisipasi bencana alam. Kelima, mengurangi dampak bahaya melalui latihan mitigasi dan keenam, melibatkan diri dalam pelatihan.
 Gambar 2.1. Siswa dilibatkan dalam pelatihan dimuat di harian Suara Merdeka jumat, 8 Maret 2019 SMAN 1 Ngemplak Boyolali dalam berita
Kajian Sosiologis diambil dari perspektif Peter L Berger tentang tealitas sosial. Bahwa kenyataan dapat direkayasa melalui proses internalisasi, eksternalisasi dan obyektfikasi. Tahap internalisasi adalah proses penanaman ide-ide atau gagasan tentang sebuah realitas yang secara sengaja ditularkan. Akibat dari penyebaran gagasan tersebut akan mendorong secara subyektif tertentu untuk memiliki kesadaran dan pandangan yang sama terhadap ide -- ide yang ditularkan pada tahap satu. Ide -- ide tersebut kemudian akan memunculan kesadatan baru bagi masyarakat secara umum untuk memiliki gagasan yang sama dengan kesadaran pada tahap eksternalisasi. Pada tahap ini disebut obyektifikasi.[3]
Kerangka berfikir Peter L Berger adalah landasan tindakan pada siklus 1 dan 2 yang diharapkan menghasilkan kesadaran akan kesiapsiagaan bencana alam. Efektifitas jagad maya dalam penggunaan infrastruktur langit digunakan untuk membangun image dalam konteks berfikir Jean Boudrillard tentang hipperreality atau dalam kamus bahasa Indonesia Baku diistilahkan Simulakra[4]. Simulakra adalah kenyataan semu yang diciptakan melalui jagat maya yang dianggap akan memberikan pengaruh bagi terciptanya realitas sosial dalam kehidupan nyata.
 Generasi Milenial adalah generasi z yang hidup menghabiskan waktu, perhatian lebih banyak di jagat maya sehingga jika menggunakan wahana penyebaran melalui jaringan internet diharapkan akan terjadi internalisasi, yang disebarkan kedalam jangkauan yang lebih luas kepada kelompok rawan anak -- anak dan remaja. Sehingga diharapkan kesadaran kesiapsiagaan juga menjadi trending topik dalam mensiasati penyebaran berita baik untuk kesiapsiagaan bencana alam atau mitigasi bencana alam.
Pada saat yang bersamaan, mitigasi bencana dikaji ulang, dikontrol, dimodifikasi, bahkan bisa dihentikan, mitigasi bencana bisa saja terus-menerus dirumuskan, dilaksanakan, dievaluasi dan disesuaikan. Tetapi proses ini tidak terjadi dan berkembang pada urutan yang jelas melainkan tahap-tahapnya terus bercampur dan terikat dalam proses yang berkelanjutan [5].