Mohon tunggu...
bu hanna hanna
bu hanna hanna Mohon Tunggu... Guru - Guru Ndeso

Guru Sosiologi dan Antropologi di SMAN 1 Ngemplak Boyolali Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Kesiapsiagaan Bencana Melalui PRA dan Unggahan Simulasi

10 Mei 2019   15:44 Diperbarui: 10 Mei 2019   15:50 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Abtract

Indonesia is one of country in the world where highly risk to have natural distater threatened by earthquake, beside tsunamis, volcano eruption, floods, landslide, forest fire, biodiversity degradation. So that distarter education in reducting distarter risks very significance to implemented in the classroom. Sociology is one of social studies has responsiblelity to sosialized the mitigation distarter by participatory rural appraisal dan uploading simulation videos of mitigation on youtube to share public esspecially for millenials who have highly risk from natural distater. The result of the learning by doing of PRA and uploding videos can reach until 60% of students in sociology classroom aware. They have ability to have planning, skills and correctly information to self help to save their live from natural distarter. This models of learning is good, easy, cheap and having sustainability because it designed into sillabus by teacher.

Keywords : mitigation distarter, millenials, sociology classroom, PRA 

Intisari

Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki resiko tinggi terhadap bencana alam seperti gempa bumi, gelombang tsunami, gunung meletus, banjir, tanah bergerak, kebakaran hutan, degradasi alam. Hal ini menyebabkan pendidikan kesiapsiagaan penting untuk mengurangi resiko bencana yang sangat penting diajarkan di kelas. Sosiologi adalah salah satu ilmu sosial yang bertugas mensosialisasikan kesiapsiagaan bencana sosial. Di kelas sociologi melalui teknik partisipatif pedesaan yang dikembangkan Roberts Chambers diajarkan di kelas dan unggahan simuluasi bencana alam di youtube disebarluaskan di media sosial untuk para generasi milenial yang beresiko tinggi terhadap bencana alam.

Hasil pembelajaran di kelas yang menggunakan pembelajaran partisipatif di kelas dan unggahan simulasi telah meningkatkan kesadaran 60% siswa untuk mengurangi resiko bencana alam. Para siswa setelah menggunakan sistem pembelajaran itu menjadi sadar pentingnya rencana kesiapsiagaan bencana, keterampilan dan cara memperoleh berita yang benar sebagai upaya mempertahankan hidup dari bencana. Model pembelajaran ini baik, mudah, murah dan keberlanjutannya tinggi karena dibuat oleh gurunya sendiri dimasukan dalam silabus.

Kata kunci : kesiapsiagaan bencana alam, milenial, kelas sosiologi dan PRA

I.         Pendahuluan

            A.Latar Belakang

 Indonesia adalah negara yang rawan terjadi bencana alam. Baru -- baru ini bencana gempa dan struktur tanah yang bergerak di Palu dan Donggala sangat mengguncangkan nusantara masalahnya jatuh korban banyak. Diawal tahun 2019 Indonesia kembali dirudung duka, Sentani Papua diterjang banjir bandang.Kondisi alam yang berada di lempeng eurasia, lempeng hindia Australia dan lempeng pasifik, serta bentuk negara kepulauan yang beriklim tropis menyebabkan kerawanan bencana alam. Bencana alam sering menyebabkan perubahan bersumber dari energi eksternal yang tidak bisa diantisipasi. Oleh sebab itu penanggulangan bencana di Indonesia mengalami perubahan paradigma dari resposif dan cepat menjadi tindakan preventif berdasarkan Undang-Undang No 24 tahun 2017.

Badan penanggulangan bencana nasional telah mengeluarkan buku saku tentang sosialisasi kesiapsiagaan bencana alam atau yang lebih dikenal disebut mitigasi bencana alam. Pendidikan mengurangi resiko -- resiko meninggalnya korban bencana diajarkan, dilatihkan untuk menciptakan masyarakat yang tanggap bencana. Tujuan akhir adalah mengurangi korban jiwa. Tannggap, tangguh dan terampil adalah kompetensi yang ingin diraih dalam upaya menanggulangi bencana alam.

Bahkan menurut Dradjat Suhardjo dalam artikelnya dijurnal pendidikan Cakrawala [1] yang berjudul arti penting pendidikan mitigasi bencana dalam mengurangi resiko bencana bahwa Pembinaan dan pendidikan mitigasi bencana bahkan telah dilakukan sejak usia dini secara informal ketika masih duduk di bangku Sekolah Taman Kanak-kanak. Cara yang dilakukan adalah mengajarkan lagu bermain yang lirik lagunya merupakan pesan dan peringatan ketika terjadi gempa. Pendidikan dini dengan permainan adalah hal yang sangat menarik dan mengesan bagi anak-anak karena mudah diingat, dipahami apa yang harus dilakukan pada saat bencana datang.Lirik lagunya adalah:

 

Di sini gempa di sana gempa

 Di mana-mana terjadi gempa

 Di sini siaga di sana siaga

 Di mana-mana tetap siaga

 La la la la la la la la la la la la la la 2x

 Kalau ada gempa lindungi kepala

 Kalau ada gempa merunduk di bawah meja

 Kalau ada gempa jauhi dari kaca

Pendidikan adalah solusi yang paling efektif dalam usaha mengurangi resiko bencana alam. Pendidikan seyogyanya melatihkan kesiapsiagaan dalam kurikulum yang dapat dikontrol dan ditingkatkan kompetensinya agar para siswa dapat menyelamatkan diri terhadap bencana alam yang terjadi. Terlebih lagi para siswa termasuk kelompok anak yang rawan untuk menjadi korban bencana alam.

 Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi sosial yang ada di dalam masyarakat dirasa sudah tepat apabila melakukan diseminasi kesiapsiagaan bencana alam melalui materi yang diajarkan kepada siswa yang relevan. Berikut adalah materi sosiologi yang dapat diintegrasikan dalam pendidikan kesiapsiagaan bencana alam yaitu sosialisasi, penelitian sosial di kelas X SMAN atau materi pemberdayaan komunitas di kelas XII SMA kurikulum 2013.

Best practise kali ini diambil dari gagasan dan praktik penyelenggaraan kesiapsiagaan bencana alam pada materi sosiologi tepatnya penelitian sosial. Alasan yang tepat didorong oleh ide tentang internalisasi dini bagi siswa pertama kali hadir di bangku SMA semester dua seperti desain kurikulum 2013. Metode yang dipilih adalah karya Robert Chamber yaitu PRA atau participatory rural appraisal yang artinya adalah pendekatan partisipatoris untuk desa atau pesisir. Teknik yang dipilih tidak semua cara namun yang sesuai dengan kajian kesiapsiagaan bencana alam  seperti transek, pemetaan sosial, diskusi terarah (Foccused grup discussion). Tentu saja penyebarluasannya menggunakan media sosial yang familiar oleh generasi zaman sekarang yang disebut milenial yaitu menggunakan infrastruktur langit melalui program youtube yang dibagi di media sosial seperti instagram, facebook, tweeter.

             B.Rumusan Masalah

 Berdasarkan paparan latarbelakang di dalam pendahuluan maka dirumuskan dua masalah yang akan dibahas sebagai berikut :

 1. Bagaimana meningkatkan kesiapsiagaan bencana alam generasi milenial melalui PRA materi penelitian sosial pada mata pelajaran sosiologi di SMAN 1 Ngemplak Boyolali?

 2. Bagaimana meningkatkan kesiapsiagaan bencana alam generasi milennial unggahan video simulasi di youtube materi penelitian sosial pada mata pelajaran sosiologi kelas X IPS 1 SMAN 1 Ngemplak Boyolali ?

 

            C.Tujuan dan Manfaat

Tujuan praktik pembelajaran ini adalah :

 1. Untuk mengetahui bagaimana meningkatkan kesiapsiagaan bencana alam   generasi milenial melalui PRA materi penelitian sosial pada mata pelajaran sosiologi di SMAN 1 Ngemplak Boyolali?

 2. Untuk mengetahui bagaimana meningkatkan kesiapsiagaan bencana alam generasi milennial unggahan video simulasi di youtube materi penelitian sosial pada mata pelajaran sosiologi kelas X IPS 1 SMAN 1 Ngemplak Boyolali ?

Sedangkan manfaat dari praktik baik ini adalah :

 1. Memberikan penyadaran bagi kelompok rawan korban bencana dalam hal ini adalah anak-anak siswa SMA agar peka, tangguh dan terampil untuk ikut serta mencegah atau mengurangi resiko bencana alam

 2. Memberikan pendidikan keterampilan sebagai bekal dalam menolong diri sendiri atau orang lain ketika terjadi bencana alam

 3. Mendorong dan menstimuli kesiapsiagaan secara struktural untuk berperan serta mencegah resiko bencana alam di sekolah

 4. Ikut serta mendorong menyebarluaskan berita baik tentang pendidikan kesiapsiagaan bencana alam yang menjangkau generasi milenial di youtube yang disebarkan dimedia sosial yang menggunakan jalur infrastruktur langit atau jagat maya.

            D.Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran yang digunakan adalah inspirasi dari teori pembentukan realitas sosial dari Peter L berger yang menyatakan bahwa kenyataan sosial yang masyarakat ingin wujudkan dapat direkayasa untuk terjadi melalui proses internalisasi, eksternalisasi dan obyektifikasi.

 Kondisi awal Tahap realitas berger Kondisi awal adalah ketika para siswa belajar secara klasikal di kelas dengan menggunakan teknik ceramah, siklus 1 menggunakan teknik PRA dari Robert Chambers dan siklus 2 menggunakan PRA yang disebarluaskan di youtube dan media sosial. Kondisi akhir dalam pembelajaran adalah hasil yang diharapkan para siswa peduli, tanggap, terampil dan tangguh menghadapi bencana alam sehingga dapat mengurangi resiko korban bencana.

 

E. Program Berkelanjutan

Praktik pembelajaran yang berjudul : Meningkatkan Kesiapsiagaan Bencana Alam Generasi Milenial Melalui PRA dan Unggahan Video Simulasi di Youtube Materi Penelitian Sosial pada Mata Pelajaran Sosiologi

 Kelas X IPS 1 SMAN 1 Ngemplak Boyolali dimasukan dalam silabus sosiologi dan direncanakan dalam Rancangan Pembelajaran yang disetujui kepala sekolah dan diperiksa oleh ketua PKB serta dimonitoring oleh pengawas sekolah sehingga dapat menjadi program kesiapsiagaan yang berkelankutan diberikan pada siswa kelas X SMA yang menggunakan kurikulum 2013 yang didesain menjadi kurikulum sekolah SMAN 1 Ngemplak Boyolali.

 II.        Pembahasan

 A. Kajian Pustaka

Upaya meningkatkan kesiapsiagaan bencana alam adalah hasil yang diharapkan dari praktik baik melalui PRA dan unggahan video simulasi di youtube. Karena Indonesia sangat rawan bencana alam terletak digaris khatulistiwa yang menyebabkan musim penghujan dan kekeringan melanda negeri ini dengan konsekuensi bencana banjir, longsor pada musim penghujan. Sedangkan pada musim kemarau adalah ancaman bencana kekeringan, kebakaran hutan.

Secara geologi terletak diantara pertemuan lempeng pasifik, lempeng eurasia dan lempeng hindia belanda yang beresiko terancam gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami dan bencana teknonik yang lain. Untuk mengatasi bencana yang berasal dari kekuatan alam akan sangat sulit oleh sebab itu Undang -- Undang nomor 24 tahun 2017 lebih menekankan usaha usaha preventif seperti pendidikan kesiapsiagaan bencana alam. " Dalam menghadapi ancaman bencana, kesiapsiagaan menjadi kunci keselamatan Anda. Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna" [2].

Upaya -- upaya penting dalam kesiapsiagaan bencana alam adalah pertama, memahami bahaya disekitar lingkungan. Kedua, memahami sistem peringatan dini setempat, ketiga ; mengetahui rute evakuasi dan rencana pengungsian. Keempat, memiliki rencana antisipasi bencana alam. Kelima, mengurangi dampak bahaya melalui latihan mitigasi dan keenam, melibatkan diri dalam pelatihan.

 Gambar 2.1. Siswa dilibatkan dalam pelatihan dimuat di harian Suara Merdeka jumat, 8 Maret 2019 SMAN 1 Ngemplak Boyolali dalam berita

Kajian Sosiologis diambil dari perspektif Peter L Berger tentang tealitas sosial. Bahwa kenyataan dapat direkayasa melalui proses internalisasi, eksternalisasi dan obyektfikasi. Tahap internalisasi adalah proses penanaman ide-ide atau gagasan tentang sebuah realitas yang secara sengaja ditularkan. Akibat dari penyebaran gagasan tersebut akan mendorong secara subyektif tertentu untuk memiliki kesadaran dan pandangan yang sama terhadap ide -- ide yang ditularkan pada tahap satu. Ide -- ide tersebut kemudian akan memunculan kesadatan baru bagi masyarakat secara umum untuk memiliki gagasan yang sama dengan kesadaran pada tahap eksternalisasi. Pada tahap ini disebut obyektifikasi.[3]

Kerangka berfikir Peter L Berger adalah landasan tindakan pada siklus 1 dan 2 yang diharapkan menghasilkan kesadaran akan kesiapsiagaan bencana alam. Efektifitas jagad maya dalam penggunaan infrastruktur langit digunakan untuk membangun image dalam konteks berfikir Jean Boudrillard tentang hipperreality atau dalam kamus bahasa Indonesia Baku diistilahkan Simulakra[4]. Simulakra adalah kenyataan semu yang diciptakan melalui jagat maya yang dianggap akan memberikan pengaruh bagi terciptanya realitas sosial dalam kehidupan nyata.

 Generasi Milenial adalah generasi z yang hidup menghabiskan waktu, perhatian lebih banyak di jagat maya sehingga jika menggunakan wahana penyebaran melalui jaringan internet diharapkan akan terjadi internalisasi, yang disebarkan kedalam jangkauan yang lebih luas kepada kelompok rawan anak -- anak dan remaja. Sehingga diharapkan kesadaran kesiapsiagaan juga menjadi trending topik dalam mensiasati penyebaran berita baik untuk kesiapsiagaan bencana alam atau mitigasi bencana alam.

Pada saat yang bersamaan, mitigasi bencana dikaji ulang, dikontrol, dimodifikasi, bahkan bisa dihentikan, mitigasi bencana bisa saja terus-menerus dirumuskan, dilaksanakan, dievaluasi dan disesuaikan. Tetapi proses ini tidak terjadi dan berkembang pada urutan yang jelas melainkan tahap-tahapnya terus bercampur dan terikat dalam proses yang berkelanjutan [5].

PRA secara harfiah metode ini dapat diartikan sebagai : 1. Pengkajian pedesaan dan atau pesisir secara partisipatif. 2. Menurut Robert Chambers (yang mengembangkan metode ini) mengartikan sebagai : sekumpulan pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat pedesaan dan atau pesisir untuk turut serta meningkatkan dan mengkaji pengetahuan mereka mengenai hidup dan keadaan mereka sendiri agar meraka dapat menyusun rencana dan tindakan pelaksanaannya[6]. Prinsip PRA adalah partisipasif, luwes, bekerjasama, hemat dan sistematis sehingga dapat direncanakan sesuai sumber daya yang dimiliki untuk membuat sebuah perencanaan yang dapat dipercaya dan sahih.

Teknik PRA yang dipilih adalah transek, pemetaan kondisi alam dan diskusi terarah untuk membuat perencanaan kesiapsiagaan bencana alam. Ada tiga upaya dalam rencana kesiapsiagaan bencana alam yaitu 1. Memiliki sebuah rencana darurat, 2. Keterampilan dan kepekaan dalam menyiapkan 10 benda yang dibutuhkan dalam kondisi darurat bencana dan 3. Menyimak info di media seperti televisi, radio atau memantau aplikasi android seperti BMKG, IOS dan Magma.

             B.Siklus 1

Siklus pertama guru membimbing siswa mempraktekan bagaimana melakukan upaya membuat rencana darurat melalui teknik PRA yaitu :

 1. Teknik pertama transek atau berjalan jalan melakukan observasi lingkungan untuk mengidentifikasi ancaman bencana, mengidentifikasi titik kumpul, mengidentifikasi lokasi tempat mematikan listrik dan air, mengidentifikasi titik aman, mulai mengidentifikasi rute evakuasi dan nomor penting darurat.

 2. Teknik kedua pemetaan. Setelah transek melakukan langkah pembelajaran pemetaan kondisi alam lingkungan yaitu membuat gambar rute evakuasi, memberi tanda rute evakuasi, menentukan titik kumpul, menandai tempat penting darurat yang tampak listrik dan air.

 3. Teknik ketiga FGD  atau diskusi terarah tentang penentuan akhir rencana darurat, mengkaji ulang rute evakuasi, pemberian tanda bahaya, menyepakati titik kumpul dan tanda kumpul seperti bunyi peluit panjang adalah tanda bahaya, peluit 2 kali lari ke titik kumpul dan peluit bersuara 3 kali selesai dari titik kumpul menuju rute evakuasi dan pertolongan pertama.

             C.Siklus 2

 Siklus kedua para siswa diharapkan membuat video tentang kesiapsiagaan bencana alam dan diunggah di youtube dan disebarkan di media sosial. Hal ini merupakan upaya ketiga dari kesiapsiagaan bencana alam tentang penyebaran informasi kepada khalayak agar tercipta kesadaran tentang pembentukan karakter dan keterampilan untuk menolong diri sendiri dan orang lain sebagai upaya pengurangan resiko bencana alam.

             D. Hasil

Hasil dari praktik baik tentang Meningkatkan Kesiapsiagaan Bencana Alam Generasi Milenial Melalui PRA dan Unggahan Video Simulasi di Youtube Materi Penelitian Sosial pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X IPS 1 SMAN 1 Ngemplak Boyolali adalah sebagai berikut :

Hasil intervensi pada siklus 1 dan 2

 Diagram hasil intervensi siklus pertama terjadi peningkatan kesiapsiagaan bencana alam sekitar 40% ( 16 siswa ) dari 38 siswa kelas X IPS 1 telah mampu mengidentifikasi dan menggambar rencana darurat serta mampu memimpin diskusi terarah dan cepat serta terampil menyiapkan barang -- barang yang harus dibawa dalam kondisi darurat. Setelah membuat unggahan video maka jumlah siswa yang terampil, dan tanggap darurat sekitar 60% ( 23 siswa ) namun dalam mengunggah video di youtube ada beberapa siswa yang gawai yang dimilikinya belum memadai untuk dapat mengunggah ke youtube sehingga ada 5 siswa atau sekitar 13% yang tidak mengunggah video ke youtube.

Hal ini menunjukkan bahwa Meningkatkan Kesiapsiagaan Bencana Alam Generasi Milenial Melalui PRA dan Unggahan Video Simulasi di Youtube Materi Penelitian Sosial pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X IPS 1 SMAN 1 Ngemplak Boyolali cukup mudah dan murah untuk dapat diaplikasikan dalam menyebarkan berita baik tentang pendidikan kesiapsiagaan bencana alam dan dapat ditiru oleh siapapun dan dimanapun untuk dapat menjangkau generasi milenial tanggap, tangkas dan tangguh dalam kesiapsiagaan bencana alam.

III.      Penutup

 Indonesia sangat rawan bencana alam karena berada di garis khatulistiwa, diantara tiga lempeng dunia yaitu lempeng eurasia, pasifik dan hindia belanda sehingga berdasarkan UU no 24 tahun 2017 ada perubahan dalam menanggani bencana alam lebih kepada usaha preventif yaitu meningkatkan kesiapsiagaan bencana alam. Usaha preventif sangat efektif dilakukan dalam pendidikan yang keberlanjutannya sangat tinggi dan sejak dini mulai tk,sd,smp dan sma.

Di level SMA mendapatkan pelajaran sosiologi yang mengajarkan ilmu masyarakat tentang interaksi sosial yang menyiapkan anggota masyarakat. Anak-anak termasuk kelompok rentan, sehingga integrasi kesiapsiagaan bencana melalui mata pelajaran sosiologi materi penelitian sosial dianggap tepat menggunakan teknik pendekatan pedesaan atau pesisir yang diambil idenya dari Robert Chambers tentang participatory rural appraisal yang kemudian video simulasinya diunggah di youtube dan disebarkan dimedia sosial.

Model PRA dan unggahan video simulasi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat dan peka terhadap 3 hal yang diupayakan kesiapsiagaan bencana alam yaitu rencana darurat, keterampilan menyelamatkan diri, dan informasi yang tepat sehingga dapat mengurangi resiko bencana alam. Hasil tindakan 1 dan 2 mencapai 60% setelah diunggah di youtube dan mendapatkan perhatian lebih banyak remaja bukan saja di kelas X IPS.1 karena disebarkan di media sosial menjadi konsumsi khalayak publik. Dengan demikian metode PRA dan Unggahan simulasi di youtube selain murah, cepat, edukatif mampu meningkatkan kesiapsiagaan bencana alam.

 

            A.Daftar Pustaka

 A. Rusilowati dkk. 2012. Mitigasi Bencana Alam berbasis pembelajaran bervisi science environment technology and society. Jurnal pendidikan Fisika Indonesia vol 8 .ISSN: 1693-1246.

 Suhardjo Drajat.2011. Arti penting pendidikan mitigasi bencana dalam mengurangi resiko bencana Jurnal Cakrawala Pendidikan, Juni 2011, Th. XXX, No. 2

 Buku saku BNPB. 2017.Tanggap,Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana. Buku Saku Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

 Ritzer George. 2015. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Penerbit Kencana

 Faturrahman Burhanudin.Oktober 2018.Konseptualisasi mitigasi bencana melalui perspektif kebijakan publik.PUBLISIA: Jurnal Ilmu Administrasi Publik Volume 3, Nomor 2.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun