Mohon tunggu...
hans
hans Mohon Tunggu... Freelancer - writer

penyuka fotografi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

PON Aceh-Sumut 2024 Digelar September, Persiapan Venuenya Kedodoran

19 Juli 2024   22:33 Diperbarui: 19 Juli 2024   22:59 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persiapan stadion utama -sumber gambar antarafoto

Beberapa kali melewati stadion Lampineung Dimurtala, sebagai warga kita merasa cemas, pasalnya Perhelatan PON 2024 yang ke-21 akan segera digelar pada September mendatang, namun perkembangan pembangunan stadiunnya masih terlihat jauh dari harapan selesai.

Jika selesai pada tepat waktunya pada Agustus pun pasti akan banyak tetek bengek masalah, terutama sisa-sisa material bangunan yang tertinggal disana-sini. Belum lagi aroma cat yang pasti masih akan menganggu . Apalagi yang sedang dikebut saat ini adalah bagian tribun penonton di stadiun utama kedua terbesar di Aceh.

Kementerian PUPR menyebutkan progres pembangunan dan rehabilitasi Stadion H Dimurthala telah mencapai 75,93 persen dan ditargetkan akan rampung pada awal Agustus 2024. 

Masyarakat tidak tahu persis apa yang menjadi kendalanya, apakah dana PON-nya yang terlambat turun, atau realisasi pembangunannya yang terlambat dimulai.

Untuk venue-venue ukuran sedang dan kecil mungkin tidak akan terlalu terkendala, seperti yang tengah dibangun di Kampus Darussalam, untuk venue softball. Ini menjadi kekuatiran warga Banda Aceh khususnya dan Aceh pada umumnya. 

persiapan PON Aceh-Sumut-sumber gambar antara foto
persiapan PON Aceh-Sumut-sumber gambar antara foto

Apalagi sempat beredar wacana berupa usulan dari Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Aceh, Dedy Yuswadi kepada pemerintah pusat agar pelaksanaan PON Aceh-Sumut 2024 agar ditunda 1 tahun, sebagaimana terjadi di Papua.

Permintaan penundaan itu dianggap penting karena alasan masih adanya beberapa infrastruktur belum memiliki kejelasan terkait proses pembangunannya, salah satu venue utama PON Aceh yang berada di Aceh Besar bahkan butuh waktu lama untuk merealisasikannya.

Jika dipaksakan terus, nantinya tidak ada lagi yang peluang Aceh punya jejak dari PON ini, berupa ketersediaan stadion baru di Aceh, yang memang masih sangat diperlukan mengingat saat ini baru ada dua stadiun di Aceh yang representatif, namun keduanya berada di Banda Aceh, sedangkan Aceh Besar yang dalam perencanaan PON bakal dibangun stadiun baru, bakal gagal terlaksana.

Namun gebyar peresmian dan iklannya sudah begitu membahana sejak lama.

salah satu stadion utama yang kini dalam tahap renovasi masih membutuhkan waktu pengerjaan sebelum September-sumber gambar harianrakyataceh
salah satu stadion utama yang kini dalam tahap renovasi masih membutuhkan waktu pengerjaan sebelum September-sumber gambar harianrakyataceh

Persiapan Dikebut Jangan Jadi Masalah

Perhelatan PON 2024 yang ke-21 ini adalah moment yang telah ditunggu sekian lama. Dan ini akan menjadi edisi perdana yang melibatkan dua provinsi sekaligus sebagai tuan rumah penyelenggara, sebuah hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya sejak PON pertama kali diadakan pada 1948 di Kota Surakarta, Jawa Tengah.

Bagi Sumut, ini adalah kedua kalinya mereka menjadi tuan rumah setelah tahun 1953. Sebaliknya, bagi Aceh, ini merupakan pertama kalinya. PON 2024 akan berlangsung pada 8-20 September 2024, artinya tak lama lagi akan dilangsungkan.

peresmian PON Aceh-Sumut-sumber gambar antara foto
peresmian PON Aceh-Sumut-sumber gambar antara foto

Pemprov Aceh telah menyediakan lahan seluas total 240 ha di 10 kabupaten/kota, termasuk beberapa persiapan venue untuk beberapa cabang olahraga (cabor) yang sedang di kebut di kampus Darussalam. Kompleks Stadion Harapan Bangsa di Lhong Raya, Kota Banda Aceh, yang nantinya akan digunakan sebagai lokasi pembukaan PON 2024 pada 8 September 2024.

Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Aceh menyebutkan, Aceh akan menjadi tuan rumah PON 2024 bagi 33 cabang olahraga (cabor) yang mempertandingkan 42 disiplin dan 510 nomor pertandingan. 

Diperkirakan sebanyak 5.636 atlet dan 2.752 ofisial akan hadir di Aceh saat PON 2024. Begitu pula di Sumut, tuan rumah bagi 34 cabor yang menggelar pertandingan pada 46 disiplin dan 528 nomor yang diikuti oleh 6.281 atlet serta didampingi 3.140 ofisial.

Jadi banyak hal yang mestinya harus dipersiapkan dan harus benar-benar bisa digunakan tepat waktu tanpa terburu-buru. Dan ini harus menjadi prioritas dan perhatian utama bagai panitia penyelenggara PON Aceh-Sumut agar kesiapannya lebih matang.

Kita kuatir jika sebagian besar venuenya dikebut pengerjaannya, akan banyak masalah dibelakang hari, terutama kualitasnya. Disatu sisi adanya penyelenggaraan PON menjadi momentum bagi daerah untuk merevitalisasi berbagai sarana dan prasarana olahraga yang ada agar sesuai dengan standar nasional.

Disamping itu juga menjadikan daerah memiliki berbagai lapangan olahraga dengan standar yang baik untuk banyak jenis olahraga. Misalnya, jika dulu Aceh hanya memiliki satu buah kolam renang-Tirta Raya - yang selama ini menjadi arena latihan marinir, publik dan berbagai even. Kini dengan pelaksanaan PON keseluruhan fasilitas mengalami perombakan total.

Dan yang paling kentara adalah fasilitas olahraga di kampus, juga mendapat prioritas pembangunan yang sangat komprehensif. Lapangan sofball bertanah liat, dengan perlengkapan venuenya kini sedang dikejar. Bahkan seluruh rumput di arena venue diganti dengan rumput baru.

Ke depan tentu ini menjadi kesempatan baik bagi kampus yang telah mendapatkan tambahan fasilitas olahraga yang berstandar nasional, untuk menguatkan para atlet yang berasal dari kalangan mahasiswa.

Begitu juga untuk pelaksanaan Pekan Olahraga Daerah (POPDA) bisa jadi selanjutnya akan dilaksanakan di Banda Aceh yang telah memiliki berbagai fasilitas olahraga baru yang berstandar baik.

Harapannya tentu akan semakin meningkatkan prestasi para atlet Aceh di tingkat daerah, maupun di ajang Nasional. Pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XX tahun 2021, Aceh berhasil menduduki peringkat ke-12 dalam klasemen akhir. Kontingen Aceh meraih total 29 medali yang terdiri dari 11 medali emas, 7 medali perak, dan 11 medali perunggu.

Peringkat ini tentu harus terus dikejar menjadi lebih baik lagi. Dengan pelaksanaan PON di Aceh September mendatang harapan kita tentu peringkat Aceh sebagai tuan rumah akan bisa memotivasi lebih baik lagi. Apalagi dukungan masyarakat pasti akan sangat besar agar harapan itu bisa terwujud.

Jika masuk dalam sepuluh besar, apalagi 5 besar tentu menjadi kejutan yang luar biasa. Meskipun hal itu tidak akan mudah, mengingat semua daerah juga memiliki harapan dan impian yang sama untuk menjadi juara dan memperbaiki peringkatnya di setiap perhelatan PON.

PON XX 2021 yang berlangsung di Papua menampilkan persaingan sengit di berbagai cabang olahraga. Jawa Barat keluar sebagai juara umum dengan perolehan 133 medali emas, 105 medali perak, dan 115 medali perunggu, diikuti oleh DKI Jakarta dan Jawa Timur yang masing-masing meraih 110 medali emas.

Dan perhelatan PON XX 2021 juga menandai beberapa pencapaian dan kejutan. Misalnya, kontingen Aceh yang berhasil meraih peringkat ke-12 dengan 11 medali emas, menunjukkan peningkatan prestasi dibandingkan PON sebelumnya.

Jika PON XX 2021 menjadi momentum penting bagi Papua sebagai tuan rumah, memperlihatkan kemampuan daerah tersebut dalam menyelenggarakan acara olahraga berskala nasional dengan baik, maka sekarang giliran Aceh yang baru pertama kali harus menunjukkan kemampuan dan keberhasilan yang sama.

Persiapan Lain juga Penting

Selain infrastruktur olahraga, berbagai aspek logistik dan akomodasi juga mendapat perhatian khusus untuk memastikan kelancaran acara. Termasuk berbagai persiapan lain belajar dari banyak keberhasilan daerah lain.

Aceh juga harus bersiap termasuk terkait kasus termutakhir dalam masalah kesehatan. Belajar dari kasus terbaru meninggalnya atlet Badminton Zhang Zhi Jie. Pembelajaran penting dari kasus tersebut, yang bisa diadopsi oleh panitia PON Aceh-Sumut 2024 mendatang adalah, bukan hanya tentang fleksibilitas atas kakunya aturan BWF, namun juga kesiapan medis yang harus sigap di setiap lapangan cabor yang sedang melaksanakan pertandingan.

Apalagi jika kasusnya seperti yang dialami Zhang Zhi Jie yang kejang-kejang karena ternyata mendapat serangan jantung,  yang penanganannya  tidak bisa ditunda dan tidak memungkinkan jika harus ditangani langsung di rumah sakit terdekat sekalipun.

Dalam kondisi darurat selain harus dilakukan penanganan darurat CPR (cardiopulmonary resuscitation), sebelum diberikan perawatan yang lebih lengkap peraltan medisnya di rumah sakit.

Hal lain yang juga patut mendapat perhatian adalah kesiapan dan kesigapan dari penanganan medis khusus yang lebih lengkap yang berada dalam radius terdekat dari area lomba. Termasuk di kampus Darussalam yang lapangannya di gunakan untuk beberapa jenis cabor.

Pembelajaran krusial yang bisa diadopsi oleh panitia pelaksana PON Aceh-Sumut 2024 mendatang, adalah persiapan medis yang matang dan tenaga medis yang kompeten dalam penyelenggaraan PON untuk memastikan kelancaran dan keamanan acara.

Dari sisi persiapan medis, tentu saja dengan pembentukan tim medis yang solid meliputi, dokter, perawat, fisioterapis, dan tenaga medis lainnya dibentuk untuk menangani berbagai kondisi medis yang mungkin terjadi selama PON. Tentu saja dengan pembekalan yang lebih spesifik tentang penanganan cedera olahraga dan kondisi darurat medis.

Kesiapan fasilitas medis, dengan menyediakan klinik medis di setiap venue pertandingan dan di wisma atlet untuk memberikan layanan kesehatan primer kepada atlet dan ofisial. Dan tentu saja dengan kesiapan ketersediaan ambulans dan kendaraan medis lainnya untuk evakuasi darurat.

Namun yang tidak kalah penting adalah protokol  penanganan medis yang disusun dengan jelas dan terstruktur untuk berbagai jenis cedera dan kondisi medis, mencakup prosedur evakuasi, komunikasi, dan perawatan medis darurat.

Untuk persiapan menjelang PON akan lebih baik jika dilakukan simulasi dan pelatihan medis untuk memastikan tim medis siap siaga dalam menangani berbagai situasi. Termasuk mengukur jarak antara lokasi venue, kemungkinan hambatan di jalan dan bentuk penanganan dan kesiapan medis yang harus dilakukan.

Serta koordinasi dan komunikasi yang efektif antara tim medis di berbagai venue dengan pihak-pihak terkait lainnya, seperti panitia penyelenggara, aparat keamanan, dan rumah sakit rujukan. Memastikan informasi medis dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh semua pihak yang membutuhkan.

Belajar dari pengalaman kasus kematian atlet pebulutangkis Zhang Zhi Jie di Jogjakarta, pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja tim medis selama PON dan identifikasi area yang perlu diperbaiki dan melakukan tindak lanjut yang diperlukan menjadi sebuah keniscayaan. Terutama kemungkinan kemacetan yang bisa menghalangi penanganan medis darurat bagi atlit yang cedera.

Semoga PON Aceh-Sumut yang kita tunggu akan berjalan dengan aman dan lancar. Selamat bekerja untuk semua panitia PON Aceh-Sumut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun