Mohon tunggu...
hanif sofyan
hanif sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - penulis tanpa buku

booklover, penulis the dark years-hans

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Rapat Misterius dan Perempuan "Penjaga" Kantor

8 Januari 2024   13:08 Diperbarui: 8 Januari 2024   13:42 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suasana kantor sunyi malam hari sumber gambar pngtree

Siang itu seperti biasa saya harus menyelesaikan laporan keuangan karena harus tuntas tepat diakhir bulan. Jadi terpaksa harus menjadi orang satu-satunya yang tinggal di kantor siang itu, sementara teman-teman kerja di lapangan.

Lama berada di ruangan jadi saya tak menyadari jika semua orang sudah keluar. Saya bolak balik sendirian antara ruang pantry dan ruang rapat seperti biasa, karena tak ada staf yang bisa dimintai tolong. 

Tapi saya selalu menghindari melewati dapur lama yang berada di ujung bangunan, entah mengapa setiap kali melintas di depan dapur itu seluruh bulu kuduk berdiri tanpa dikomando. 

Padahal tak ada hal yang menyeramkan, layaknya di film-film horor. 

Kecuali bahwa sejak kantor itu kami sewa setahun lalu, ruang dapur lama menjadi satu-satunya ruang yang tak kami renovasi.

Bahkan ruangan lain yang konon paling menyeramkan di kantor malah sudah duluan kami renovasi. 

Malam setelah ruangan itu untuk pertama kali ditempati langsung terjadi kehebohan. Staf yang menempati ruang itu diganggu penunggu kantor.

"pokoknya, malam saya terbangun, karena tembok seperti digedor orang dengan palu besar. Suaranya berdentum", kata staf saya. "saya keluar, suara itu hilang", sambungnya lagi. "Tapi begitu saya masuk kamar, gedoran didinding itu datang lagi. Arahnya dari dapur lama" lanjutnya sambil terlihat gemetar.

Dapur lama itu lagi.

Itulah mengapa saya selalu menghindari dapur itu, bahkan saat siang hari, Saya sudah meminta staf untuk menutup pintunya. Tapi menurutnya justru jika ditutup malah jadi angker. Terserahlah kalau begitu.

Maka akhirnya pintu itu justru terbuka  sepanjang waktu.

***

Menjelang sore laporan keuanganku kelar, jadi saya putuskan untuk duduk di ruang tamu, menunggu teman-teman. 

Ketika itulah saya baru menyadari jika kantor begitu tampak luas jika tak ada seorangpun sedang di kantor. Ruang tamu itu berbentuk memanjang dengan jendela sepanjang sisi depannya.

Ruangan di sampingnya sebenarnya kamar tidur yang telah disulap menjadi ruangaku. Sementara ruangan bos besar ada di belakang ruangan saya berbentuk ruang tidur yang memanjang.

Menurut saya ruangan itu meski di beri lampu terang, tetap saja terkesan suram. Saya paling tidak menyukai ruang itu. Dan hanya sesekali masuk jika dipanggil bos.

Ruangan lain adalah dapur kering, mirip pantry dengan kaca dan pembatas kayu yang biasanya dipakai pemiliknya untuk menyiapkan makanan sebelum dihidang di meja makan di dekat ruang tamu.

Ruangan itupun kami sulap jadi ruang kerja staf lapangan.

Dinding ruang belakang seluruhnya juga berjendela kaca. Jadi ruangan itu jika malam hari tanpa gorden akan tembus pandang  dari jalan hingga ke halaman belakang. Jadi seharusnya tak terkesan suram dan tertutup.

Jadi sambil menunggu saya membaca koran. Hingga  tak lama masuk waktu shalat Ashar. Agar nanti bisa cepat pulang, saya tuntaskan shalat Ashar sambil menunggu teman-teman lain.

Saya gelar sajadah tepat di depan ruangan. Ruangan keuangan memang selalu tertutup karena banyak data penting yang tak boleh di ganggu.

Sekira setengah menit baru siap berdiri, keanehan pertama mulai terjadi.

Tiba-tiba dari ruangan saya yang tertutup, terdengar suara seorang laki-laki seperti sedang memimpin rapat. Suaranya bariton jadi terdengar keras.

"Kita mulai saja rapatnya sekarang", katanya sambil meminta teman-temannya agar tak berisik. Lantas ada suara decit kaki kursi diseret bersamaan oleh beberapa orang. 

Dari luar saya perkirakan suaranya lebih dari lima orang, beberapa bahkan suara perempuan.

Saya memutuskan untuk tidak jadi shalat, berjalan perlahan ke pintu dan dengan sengaja, antara perasaan takut dan berani yang dibuat-buat, langsung membuka pintu dengan secepat saya bisa, begitu gerendel pintu saya tekan dan tarik.

Pintu ruangan langsung terbuka dan dalam hitungan detik, seluruh suara langsung menghilang, lenyap!, sunyi!. 

Saya mencoba masuk ke dalam ruangan, kali ini lagi-lagi bulu kudukku berdiri. Pertanda ada "sesuatu", saya biasanya bisa merasakan sesuatu keanehan jika sudah begitu tandanya. 

Saya mencoba melihat ke sisi jendela, siapa tahu ada orang di luar yang bersuara, tapi akhirnya juga tak saya temukan.

Jadi pintu saya tutup kembali, dan berdiri lagi di atas sajadah, kejadian seperti pertama berulang lagi. Kali ini suara ribut itu makin menjadi-jadi seperti ada puluhan orang berdemo dengan bersuara keras.

Kaki mulai gemetar, karena tambah yakin jika ini pasti ulah penunggu kantor ini. 

Kantor ini memang bangunan belanda tua. Dan memang kami sewa dari seorang pemilik suami istri tanpa anak yang sudah berusia hampir 89 tahun.

Dengan langkah gontai dan gemetar, saya kembali menuju ke ruangan saya, dan membuka ruangan kali ini dengan sedikit lambat. Berharap saat gerendel pintu saya tarik mereka akan menyadari ada orang yang hendak masuk dan akan terdiam.

Tapi dasar penunggunya keras kepala, sama sekali ia tak bergeming. Barulah setelah pintu terbuka seluruh suara misterius itu menghilang total. Lenyap!.

Dengan berusaha sopan, saya bilang," tolong jangan ribut, ada orang sedang mau shalat", begitu kataku singkat kepada "siapapun mereka" yang ada di ruangan tersebut.

Tanpa diduga, begitu pintu saya tutup suara riuh itu lenyap. Hening, meski saat melanjutkan shalat, kali ini saya diliputi perasaan cemas, dan ketakutan jika mereka ternyata sudah keluar ruangan dan mungkin telah berada bersama saya.

***

Esoknya saya tanyakan kepada teman paling senior di kantor itu, karena sore kemarin teman-teman kelihatannya tidak kembali ke kantor dari lapangan dan langsung pulang.

"Ruangan siapa sebenarnya ruang keuangan itu dulunya", tanya saya penasaran.

Akhirnya mereka bilang, setelah saya desak. Jika itu adalah bekas ruangan direktur kantor kontraktor yang terbunuh di kampus 8 tahun lalu.

"pantesan, kalian semua menolak tinggal di ruangan  saya sekarang", kataku terkejut mendapatkan fakta yang selama ini disembunyikan. Saya juga baru menyadari mengapa banyak teman kantor selalu tanya, "bagaimana kabarnya kerja malam di kantor?"

Dan menurut staf penjaga kantor, di kantor itu juga masih ada sosok lain, seorang perempuan muda yang tinggal di pohon mangga. Dan setiap kali duduk mengaso rehat siang hari, saya selalu penasaran, di bagian mana dari pohon mangga itu, sosok perempuan muda itu tinggal.

Kami mengetahuinya setelah pada suatu malam anak-anak tamu penjaga malam yang sedang berkunjung tiba-tiba menangis.

Sambil menarik tangan ibunya si anak itu bertanya, "siapa ma kakak yang berdiri dibawah pohon mangga", tanyanya dengan gemetar,

'Mana ada orang disitu, jangan macam-macam" kata ibunya sambil menarik tangan anaknya. Cuek sambil terus mengobrol.

"Tapi kakak itu nggak mau pergi. Kakak itu aneh", katanya lagi. "Dia melihat kesini sekarang", katanya kali ini sambil mulai menangis.

"Jangan macam-macam" hardik ibunya kali ini menarik kuat tangan anaknya agar tak menunjuk tangan ke arah pohon mangga. Ibunya berdiri gemetar dengan mata mengarah ke titik di bawah pohon mangga di tempat anaknya menunjuk tangan.

"Kakak itu nggak ada wajahnya",  katanya kali ini mulai menangis ketakutan, sementara ibunya malah hampir pingsan.

***

Gara-gara kejadian itu, saya meminta staf untuk memasang semua lampu di kantor dan menyalakannya saat hari gelap. Tak boleh ada ruangan yang terlihat gelap. Termasuk ruangan dapur lama. Entah bagaimana caranya staf itu berani masuk dan memasang lampu didalamnya.

"Aku baca doa, supaya nggak diganggu jin", katanya saat saya tanya bagaimana ia berani masuk kesana.

Tapi sialnya, lampu yang digunakan malah bohlam berwarna kuning temaram, yang diambil dari garasi. Warna kuning temaram membuat ruangan itu kini angker, seolah menjadi "sarang" hantu-hantu kantor menurutku.

"Ganti bohlamnya sekarang juga! " bentakku berusaha tegas, padahal sedang ketakutan setengah mati.

***

Tahun kedua kami tak lagi memperpanjang kontrak, setelah beberapa kejadian horor lainnya makin meresahkan. Termasuk penunggu iseng yang mulai ikutan ngreprint dan mengacak-acak laci, di malam hari saat saya sedang kerja lembur, sendirian!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun