Tapi dasar penunggunya keras kepala, sama sekali ia tak bergeming. Barulah setelah pintu terbuka seluruh suara misterius itu menghilang total. Lenyap!.
Dengan berusaha sopan, saya bilang," tolong jangan ribut, ada orang sedang mau shalat", begitu kataku singkat kepada "siapapun mereka" yang ada di ruangan tersebut.
Tanpa diduga, begitu pintu saya tutup suara riuh itu lenyap. Hening, meski saat melanjutkan shalat, kali ini saya diliputi perasaan cemas, dan ketakutan jika mereka ternyata sudah keluar ruangan dan mungkin telah berada bersama saya.
***
Esoknya saya tanyakan kepada teman paling senior di kantor itu, karena sore kemarin teman-teman kelihatannya tidak kembali ke kantor dari lapangan dan langsung pulang.
"Ruangan siapa sebenarnya ruang keuangan itu dulunya", tanya saya penasaran.
Akhirnya mereka bilang, setelah saya desak. Jika itu adalah bekas ruangan direktur kantor kontraktor yang terbunuh di kampus 8 tahun lalu.
"pantesan, kalian semua menolak tinggal di ruangan  saya sekarang", kataku terkejut mendapatkan fakta yang selama ini disembunyikan. Saya juga baru menyadari mengapa banyak teman kantor selalu tanya, "bagaimana kabarnya kerja malam di kantor?"
Dan menurut staf penjaga kantor, di kantor itu juga masih ada sosok lain, seorang perempuan muda yang tinggal di pohon mangga. Dan setiap kali duduk mengaso rehat siang hari, saya selalu penasaran, di bagian mana dari pohon mangga itu, sosok perempuan muda itu tinggal.
Kami mengetahuinya setelah pada suatu malam anak-anak tamu penjaga malam yang sedang berkunjung tiba-tiba menangis.
Sambil menarik tangan ibunya si anak itu bertanya, "siapa ma kakak yang berdiri dibawah pohon mangga", tanyanya dengan gemetar,