Tiba-tiba dari ruangan saya yang tertutup, terdengar suara seorang laki-laki seperti sedang memimpin rapat. Suaranya bariton jadi terdengar keras.
"Kita mulai saja rapatnya sekarang", katanya sambil meminta teman-temannya agar tak berisik. Lantas ada suara decit kaki kursi diseret bersamaan oleh beberapa orang.Â
Dari luar saya perkirakan suaranya lebih dari lima orang, beberapa bahkan suara perempuan.
Saya memutuskan untuk tidak jadi shalat, berjalan perlahan ke pintu dan dengan sengaja, antara perasaan takut dan berani yang dibuat-buat, langsung membuka pintu dengan secepat saya bisa, begitu gerendel pintu saya tekan dan tarik.
Pintu ruangan langsung terbuka dan dalam hitungan detik, seluruh suara langsung menghilang, lenyap!, sunyi!.Â
Saya mencoba masuk ke dalam ruangan, kali ini lagi-lagi bulu kudukku berdiri. Pertanda ada "sesuatu", saya biasanya bisa merasakan sesuatu keanehan jika sudah begitu tandanya.Â
Saya mencoba melihat ke sisi jendela, siapa tahu ada orang di luar yang bersuara, tapi akhirnya juga tak saya temukan.
Jadi pintu saya tutup kembali, dan berdiri lagi di atas sajadah, kejadian seperti pertama berulang lagi. Kali ini suara ribut itu makin menjadi-jadi seperti ada puluhan orang berdemo dengan bersuara keras.
Kaki mulai gemetar, karena tambah yakin jika ini pasti ulah penunggu kantor ini.Â
Kantor ini memang bangunan belanda tua. Dan memang kami sewa dari seorang pemilik suami istri tanpa anak yang sudah berusia hampir 89 tahun.
Dengan langkah gontai dan gemetar, saya kembali menuju ke ruangan saya, dan membuka ruangan kali ini dengan sedikit lambat. Berharap saat gerendel pintu saya tarik mereka akan menyadari ada orang yang hendak masuk dan akan terdiam.