Mohon tunggu...
Heznie Wulandari
Heznie Wulandari Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

Heznie Wulandari, S.Pd || Guru biasa yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cocoklogi Indigo Dan Mimpi

5 Januari 2024   20:10 Diperbarui: 5 Januari 2024   22:23 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya ingat, Pak. Emang kenapa?". Tanya saya penasaran.

"Saat ibu nangis, 'kan ada 'anak' ibu juga di sana. Dia bilang ibu harus ikhlas. Ibu nggak boleh sedih..". Jawab Pak Raldi.

"Masa, Pak?". Tanya saya lagi.  "Dia bilang apa lagi?". Saya semakin penasaran.

"Ibu harus ikhlasin Hanif, kan nanti ibu mau punya anak lagi". Ujarnya. "Udah bu, ikhlasin anak ibu. Biar Hanif tenang". Katanya lagi.

"Beneran Pak?". Saya masih tidak percaya. 

"Iya,Bu.. lihat aja, nanti ibu hamil lagi kok". Katanya lagi.

Saya tidak pernah menceritakan hal yang Bu Ainun sampaikan pada siapapun di sekolah tempat saya mengajar.   Tapi kok ucapan Pak Randi dan Bu Ainun sama. Padahal saya sudah mulai melupakan ucapan Bu Ainun, tapi kembali bersemangat ketika Pak Randi mengucapkan hal yang sama. Saya akan segera hamil kembali dan memberikan almarhum anak saya seorang adik.

Begitu sampai rumah, saya ceritakan lagi apa yang Pak Randi katakan tadi saat di motor menuju stasiun. Lagi-lagi suami saya bilang, "Kita aamiin kan saja sayang, makanya kamu jangan capek-capek ya". Kata suami saya.

Tanggal 8 Februari 2023 malam hari, kami mengadakan haul pertama atau satu tahun meninggalnya  almarhum anak saya. Saya mengundang beberapa ustadz dan bapak-bapak dilingkungan rumah saya. Pagi harinya, entah kebetulan atau memang ucapan teman-teman indigo saya benar apa adanya, saat itu saya telat datang bulan dan saat testpack alhamdulillah ada garis dua disana. Yang artinya adalah saya dipercaya untuk kembali hamil.

Saat tahu saya hamil, suami meminta saya untuk berhenti mengajar, ia ingin saya menjaga kehamilan dengan di rumah saja, tanpa memikirkan urusan sekolah. Namun saya memastikan bahwa mengajar bukan pekerjaan yang melelahkan (tidak melelahkan, tapi di rumahpun tetap dikerjakan, hehehe) Saat itu jadwal sekolah padat sekali. Karena beberapa kegiatan dilakukan hampir tanpa jeda. Ada field trip untuk pertama kalinya setelah covid, ada market day, Penilaian Tengah Semenster (PTS), Perkemahan Jum'at Sabtu (perjusa), Akreditasi Sekolah, dan acara keagamaan lainnya.

Saat itu bulan april, hari terakhir masuk libur lebaran, pulang dari buka puasa bersama dengan anak-anak murid di sekolah, saya ngeflek. Saya menangis dan menelepon suami saya yang sedang sholat tarawih. Saya katakan padanya kondisi saya, ada bercak darah sedikit di (maaf) underwear saya. Akhirnya agar tenang, saya pergi ke Bidan langganan saya untuk memeriksakan kondisi saya ini. Karena di bidan tidak ada jadwal USG, saya memutuskan untuk ke dokter esok harinya. Saya agak tenang ketika bidan mengatakan ini hal yang wajar, saya hanya disuruh bed rest saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun