Seperti mitos kutukan Sisyphus yang terus-menerus mendorong sebuah bongkahan batu besar ke atas puncak bukit. Setelah sempat merasakan kelegaan sedikit saat di puncak, batu besar itu menggelinding kembali ke kaki bukit untuk kembali didorong ke atas bukit berulang-ulang.
Kita tergabung dalam sebuah organisasi gerakan masuk dalam dunia kerja, berkeluarga, dan pada akhirnya meninggalkan organisasi gerakan hingga digantikan oleh generasi penerusnya, begitu seterusnya tanpa ada hasil yang berarti.
Maka dari itu teori menjadi penting walaupun pada akhirnya teori yang kita pelajari hanya untuk memberikan eksplanasi terkait kegagalan yang dilakukan organisasi-organisasi progresif.
Bahwa agar kita tidak terjatuh pada fundamentalisme aksi yang tidak jarang sporadis dan per-episode tanpa hasil yang cukup berarti, penting untuk merumuskan apa yang menjadi agenda panjang gerakan mahasiswa. Seharusnya kita bertanya kemana arah perlawanan kita selama ini?
Kita perlu belajar dari keberhasilan gerakan pendidikan di Chile hingga menciptakan pendidikan gratis sampai jenjang perguruan tinggi yang tentunya tidak lahir karena slogan agent of change dan sebagainya melainkan gerakan pelajar di Chile sangatlah politis.
Hal ini disebabkan banyaknya aktivis federasi mahasiswa yang bergabung dengan partai politik dan interaksi dengan kelas pekerja dan rakyat miskin di negaranya.
Lalu, apa yang bisa kita pelajari dari keberhasilan gerakan pemuda pelajar dan mahasiswa di Chile?
Pertama, gerakan mahasiswa di Chile tidak membangun gerakan yang hanya mengapung di atas dunianya sendiri, yang terkurung dalam tembok-tembok kampus. Sekalipun mengangkat isu pendidikan, jangkauannya bukan hanya mahasiswa, pelajar, dosen, guru-guru, atau pemerhati pendidikan. Mereka menjangkau seluruh orang yang berkepentingan dengan pendidikan, seperti buruh, petani, masyarakat adat, dan lain-lain.
Tahun 2011, mereka pernah menggelar aksi yang disebut “Marcha familiar por la educación”. Aksi ini tak hanya memobilisasi pelajar, mahasiswa, guru-guru, dan dosen, tapi juga orang tua dan masyarakat umum. Dukungan orang tua dan masyarakat umum itu memang tidak terjadi tiba-tiba.
Ada faktor objektif yang mendorongnya, yaitu dampak neoliberalisme pendidikan yang menutup akses masyarakat luas terhadap hak atas pendidikan.
Namun, ada juga faktor yang diciptakan sendiri oleh gerakan mahasiswa, yaitu terciptanya sebuah ruang yang memungkinkan gerakan mahasiswa dan masyarakat luas untuk duduk bersama, mendiskusikan beragam persoalan, lalu menyusun resolusi bersama.