Mohon tunggu...
Hanifah Nur Aini xa2 1101
Hanifah Nur Aini xa2 1101 Mohon Tunggu... Mahasiswa - instagram : @hanifahnuraini1101_

Jadilah yang terbaik dengan cara yang baik, tanpa menjatuhkan orang lain :-)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saat-saat Tak Terduga

19 Desember 2018   22:19 Diperbarui: 19 Desember 2018   22:48 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selepas kami selesai sholat Isya. Kami mulai mengobrol kembali untuk membahas mengenai pernikahan. Aku sangat menunggu jawaban dari Ikhwan. Apakah dia mau menikahiku dengan segala kekuranganku atau kah dia akan meninggalkanku dengan menggoreskan luka dihatiku. Saat-saat seperti ini membuat jantungku berdetak semakin kencang. Aku gugup sekaligus takut dengan jawaban yang diucapkan oleh Ikhwan. Aku begitu mencintainya namun aku juga tidak bisa memaksa nya untuk menikah dengan ku.

*

Kepala Desa memulai pembicaraan dan bertanya "Bagaimana nak Ikhwan dan Aqila apakah kalian bersedia untuk dinikahkan?". Aku pun menjawab "Saya bersedia kalau Ikhwan juga bersedia". "Bagaimana nak Ikhwan?" tanya Kepala Desa. "Kalau kalian tidak menikah terlebih dahulu, kemungkinan kalian tidak akan diterima di Desa Sesembilan ini. Kami tidak membolehkan seorang laki-laki yang perempuan tinggal bersama tanpa ada hubungan keluarga ataupun hubungan suami istri. Kalau kalian menikah, kalian akan diterima di Desa kami dan saya yakin warga Desa kami tidak akan mencemooh atau bahkan menggunjing kalian. Kalian juga bisa tinggal di rumah adik saya yang tidak jauh dari rumah ini. Kalian bisa tinggal disana untuk sementara waktu sampai kalian memiliki pekerjaan dan sampai Nak Aqila sembuh total. Kebetulan adik saya dan keluarga sedang pergi keluar Kota untuk beberapa waktu dan dia juga mengijinkan kalian untuk tinggal dirumahnya." tambah Kepala Desa.

*

Ikhwan terlihat masih gelisah dan bimbang. Akhirnya stelah beberapa waktu, aku pun melihat senyum manis yang terukir diwajahnya. Senyumnya menandakan dia kembali seperti semula. Kembali tersenyum seperti saat aku pertama kali bertemu dengannya. Dia seringkali tersenyum kepadaku dan begitu manis senyumannya seperti senyumannya saat ini. Dia menghela nafas dan mulai angkat bicara.

***

Bersambung...

By : Hanifah Nur Aini Xa2

*

Ditulis: Surakarta, 17 Desember 2018 Pukul 13:39.

Ini adalah cerpen perdana saya. Mohon maaf bila banyak kesalahan maupun belum sesuai dengan kaidah cerpen yang baik dan berkualitas. J

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun