Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Jakarta Oh Jakarta

20 Januari 2022   00:29 Diperbarui: 31 Januari 2022   23:16 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri. Jakarta oh Jakarta

Jakarta oh Jakarta.

Kita yang saling kenal dan telah akrab, tidur dan makan dalam satu atap. Menempuh jalan becek hingga jalan beraspal.

Singgah di bedeng-bedeng dan gubuk-gubuk liar lalu mampir sebentar di gedung-gedung tinggi dan perumahan besar.

Sekedar berbagi cerita tentang udara yang penuh asap dan paru-paru yang mengidap asma.

Rawa-rawa telah di timbun tanah, sungai-sungai semakin dangkal tak lagi sanggup memantulkan sinar rembulan.

Sebab ia kotor penuh limbah, oh betapa kakimu penuh koreng dan berdarah, kulitmu mengkerut dan wajahmu penuh sampah. 

Senyummu bagai wanita tua yang tak lagi sanggup berdandan dan engkau menyimpan ribuan air mata yang telah menjadi lautan.

Jakarta oh Jakarta.

Di hatimu tersimpan pengkhianatan tuan-tuan tanah.

Orang-orang yang hanya bicara keuntungan semata, keringatmu di peras dan dengan bangganya mereka katakan kepada dunia.

"Jakarta kota metropolitan, kota yang beradab dan berperikemanusiaan, pelabuhan kapal-kapal dagang dan kemasyuran, tempatnya yang baik dan aman untuk mencari makan".

Sambil terus mengolah perencanaan tata ruang mereka hiraukan tubuhmu yang kesakitan. 

Dan bocah-bocah telanjang berteriak di pinggir jalan mereka meminum air selokan.

Manisnya sungguh menyegarkan, mulutnya menelan ludah dan kepalanya kepanasan.

Jakarta oh Jakarta.

Engkau yang terlunta-lunta menapaki sejarah dari Sunda Kelapa lalu Jayakarta hingga Batavia.

Dirimu bagai magnet selalu di perebutkan, tempat strategis bagi kehidupan. 

Telah kau rangkum segala gundah, segala resah, segala sesal yang tak lagi kau sesalkan adanya.

Tetes demi tetes darah telah jatuh di tubuhmu, penuh menggenang dan kita riang berenang.

Kerusuhan demi kerusuhan menjadi catatan kelam yang tak mungkin terlupakan.

Di dalam tubuhmu, di depan matamu, di kakimu yang korengan penuh darah itu.

Engkau tabah dan selalu tabah, kenyataan yang pahit telah kau telan tanpa pernah membebani mereka yang berkuasa.

1965, Malari 1974, Tanjung Priok 1984, dan yang terakhir masih membekas di mata, kerusuhan 1998.

Ratusan orang telah mati sia-sia di tanah ini, mereka yang hilang pun tak pernah kembali.

Perempuan-perempuan Tionghoa yang di perkosa, gedung-gedung yang di bakar, toko-toko yang di jarah isinya.

Engkau saksi kelam kehidupan bangsa ini. Revolusi, reformasi.

Jakarta oh Jakarta.

Wajahmu tak lagi menyerap cahaya, tubuhmu penuh sayatan luka-luka.

Nyala lampu aneka warna di gedung-gedung hanya hiasan belaka tak mencerminkan dirimu yang sebenarnya.

Taman-taman bunga di tengah kota itu palsu. Mall dan plaza yang megah di bangun kebanyakan telah menipumu.

Dirimu sakit Jakarta, dirimu tersakiti oleh mereka. Tak ada yang benar-benar mengerti keadaanmu.

Jalan-jalanmu penuh lubang, tubuhmu kebanjiran, pohon-pohon yang tumbuh di kepalamu habis di tebang.

Dan air lautan telah jauh meresap ke dalam, menggerogoti tanahmu pelan-pelan.

Kakimu lumpuh, mulutmu terbungkam dan sebentar lagi engkau di tinggalkan.

Jakarta oh Jakarta.

Tanah rawa yang tertimbun telah menyuburkan bunga-bunga liar dan tiang-tiang beton penyangga.

Mereka yang miskin tergusur, mereka yang papa termenung, gelisah menatap langit Jakarta, kuyu dan merah.

Sungai-sungainya tak lagi lebar sulit menampung air selain sampah dan bangkai manusia.

Jakarta bagai dewa namun hatinya tak berdaya tak sanggup berteriak, tak bisa memberontak.

Dan aku terlahir di sini, di ibu kota yang terseok-seok berlari mengejar hari.

Handy Pranowo

19012022

Kebayoran Lama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun