Dan air lautan telah jauh meresap ke dalam, menggerogoti tanahmu pelan-pelan.
Kakimu lumpuh, mulutmu terbungkam dan sebentar lagi engkau di tinggalkan.
Jakarta oh Jakarta.
Tanah rawa yang tertimbun telah menyuburkan bunga-bunga liar dan tiang-tiang beton penyangga.
Mereka yang miskin tergusur, mereka yang papa termenung, gelisah menatap langit Jakarta, kuyu dan merah.
Sungai-sungainya tak lagi lebar sulit menampung air selain sampah dan bangkai manusia.
Jakarta bagai dewa namun hatinya tak berdaya tak sanggup berteriak, tak bisa memberontak.
Dan aku terlahir di sini, di ibu kota yang terseok-seok berlari mengejar hari.
Handy Pranowo
19012022
Kebayoran Lama
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!