"Jakarta kota metropolitan, kota yang beradab dan berperikemanusiaan, pelabuhan kapal-kapal dagang dan kemasyuran, tempatnya yang baik dan aman untuk mencari makan".
Sambil terus mengolah perencanaan tata ruang mereka hiraukan tubuhmu yang kesakitan.Â
Dan bocah-bocah telanjang berteriak di pinggir jalan mereka meminum air selokan.
Manisnya sungguh menyegarkan, mulutnya menelan ludah dan kepalanya kepanasan.
Jakarta oh Jakarta.
Engkau yang terlunta-lunta menapaki sejarah dari Sunda Kelapa lalu Jayakarta hingga Batavia.
Dirimu bagai magnet selalu di perebutkan, tempat strategis bagi kehidupan.Â
Telah kau rangkum segala gundah, segala resah, segala sesal yang tak lagi kau sesalkan adanya.
Tetes demi tetes darah telah jatuh di tubuhmu, penuh menggenang dan kita riang berenang.
Kerusuhan demi kerusuhan menjadi catatan kelam yang tak mungkin terlupakan.
Di dalam tubuhmu, di depan matamu, di kakimu yang korengan penuh darah itu.