Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nanggala

28 April 2021   15:38 Diperbarui: 28 April 2021   15:41 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto. nasional.kompas.com

Alkisah pada jaman dahulu kala, hiduplah monster laut dan tinggal di kedalaman samudera, monster itu berkulit hitam, berwajah garang. Sepintas ia mirip dengan ikan paus namun yang membedakan dirinya dengan seekor paus ialah monster laut itu mempunyai senjata ampuh dan sakti yang melekat di tubuhnya yaitu berupa tombak bermata bajak. 

Tombak itu dapat meluncur dengan cepat di kedalaman air hingga mampu menghancur leburkan musuh-musuhnya. Kawan dan lawan mengakui kehebatan dan ketangguhannya dan ia pun tak gentar melawan siapa saja. Monster laut itu bernama Nanggala.

Nanggala meskipun berwajah garang namun sebenarnya ia mempunyai hati yang lembut, ia suka menolong dan membantu para nelayan, ia pun sangat setia menjaga wilayah lautannya dari segala hal-hal yang mengganggu dan merusak. 

Manusia-manusia yang tinggal di pesisir pantai kerap kali melihat penampakkan Nanggala meski hanya sesaat lalu ia kembali menghilang tenggelam ke kedalaman lautan.

Pernah suatu waktu ada seekor naga, bertubuh panjang dan besar juga berwarna perak. Naga itu telah mengacaukan wilayah lautan yang di jaga oleh Nanggala. 

Naga itu sangat rakus memakan hampir semua ikan-ikan milik para nelayan hingga nelayan pun tidak mendapat bagian, mereka sangat sedih dan kehilangan mata pencahariannya.  

Hingga suatu sore ketika senja merapat di cakrawala Nanggala datang ke tepian pantai hendak menyapa para penghuni daratan namun yang ia dapati hanya seorang nelayan sedang duduk di atas perahunya, termenung, bersedih.

Nanggala pun menyapa nelayan tersebut, "Wahai nelayan, ada apa gerangan kau termenung di sore yang indah ini" suara Nanggala menggelegar hingga membuat nelayan itu jatuh dari atas perahunya.

Lalu nelayan itu pun berkata, "Wahai monster laut yang tidak takut dengan siapapun, bagaimana kami tidak sedih sudah beberapa hari ini kami tidak dapat ikan untuk makan sebab habis oleh ulah seekor naga, naga itu rakus dan bengis, kami pun di lukainya."

Mendengar perkataan nelayan tersebut begitu terkejutnya Nanggala dan nampak perubahan di wajahnya, kesal dan marah. 

Tanpa berkata lagi Nanggala kemudian pergi meninggalkan nelayan tersebut dan mencari naga yang rakus dan bengis itu. Melesat ia begitu cepat ke dasar lautan mencari-cari di mana naga berada.

Dan akhirnya bertemulah mereka di tebing dan ceruk yang dalam, naga itu tengah membuka mulutnya lebar-lebar dan menghisap semua ikan-ikan yang ada di sana dan juga menghancurkan rumah-rumah ikan tersebut.

"Hai naga bengis, apa yang kamu lakukan di wilayah kekuasaanku tidak takutkah engkau kepadaku." bentak Nanggala.

Begitu tersentaknya naga saat melihat kedatangan Nanggala yang tiba-tiba saja sudah di belakang tubuhnya.

"Cepat pergi dari sini atau kau akan ku musnahkan dengan senjata pamungkasku." begitulah ancaman Nanggala kepada naga.

Namun nampaknya naga tidak mau memperdulikan perintah tersebut hingga habislah kesabaranya lalu ia menyerang naga yang masih asyik menghisap ikan-ikan dan juga menghancurkan terumbu karang.

Perkelahian Nanggala dan naga tak dapat di hindarkan, dua monster besar yang kelihatannya sama-sama kuat saling menyerang. Nanggala di lilit oleh naga dan di tarik ke dasar lautan namun dengan sigap ia keluar dari jerat lilitannya dan berbalik menyerang. 

Pertengkaran dua monster itu membuat laut bergemuruh seperti ada badai gelombang. Sementara di daratan terasa seperti ada gempa. Penduduk daratan mengetahui pula bahwasanya Nanggala tengah berkelahi dengan naga. Dan mereka yakin Nanggala akan menang.

Tak berapa lama dan tak menunggu naga kehabisan nafas, Nanggala kemudian mengeluarkan senjata ampuhnya yaitu tombak bermata bajak yang dapat meluncur sangat cepat di kedalaman air. 

Melihat posisi naga yang pas untuk di serang maka tombak itu segera di luncurkan dan tepat mengenai tubuh sang naga. Buyaaarrrr. Tubuh naga seketika hancur berantakkan.

Laut yang tadi bergemuruh dan bergelombang kini lambat laut tenang kembali seperti sedia kala. Nanggala pun kembali datang ke tepian pantai menghampiri penduduk dan menceritakan apa yang telah terjadi. Maka bersorak-sorailah para penghuni daratan termasuk juga para nelayan. 

"Terimakasih Nanggala, terimakasih, kamu telah membantu dan menjaga kehidupan kami dari musuh-musuh yang datang sebab iri melihat wilayah laut kita yang kaya berlimpah."

"Terimakasih Nanggala, terimakasih." 

Begitulah kiranya para penduduk daratan berkata kepadanya dan Nanggala pun kembali hilang lenyap tenggelam ke dalam lautan, sorak sorai kebahagiaan pun masih samar-samar  terdengar di telinga Nanggala.

Dan seperti itulah kebaikan Nanggala kepada para penduduk daratan dan juga kepada wilayah lautan yang di jaganya. Tidak hanya naga yang pernah di hancurkannya ada juga raksasa besar berwarna biru dengan tanda bintang di dahinya. 

Kala itu ia membawa racun mematikan yang hendak di sebarkan kepada penduduk daratan agar mereka mabuk dan lupa ingatan. 

Raksasa itu masuk menerobos wilayah laut yang di jaga Nanggala untuk menuju daratan namun di tengah perjalanannya raksasa itu keburu ketahuan, mengetahui ada gerak-gerik yang mencurigakan Nanggala pun memberi peringatan untuk kembali.  

Namun raksasa itu menyerangnya hingga tanpa pikir panjang lagi Nanggala pun menghancurkan raksasa tersebut dengan senjata ampuhnya. Hancurlah raksasa berkeping-keping dan racun yang ada di tangannya pun hancur berantakkan.

Penduduk daratan begitu senang dan tenang bila ada Nanggala di lautan sebab yakin terjamin keamanan mereka. Nanggala begitu baik dan ramah serta dapat di andalkan tenaga dan senjata saktinya.

Namun entah kenapa sudah lama ini ia tak nampak terlihat di tepian pantai, penduduk daratan sangat merindukan kehadirannya meskipun sekedar lambaian tangan. 

Hingga datang berita dari camar dan lumba-lumba bahwasanya Nanggala tengah di landa musibah, ia sakit di dalam tugas menjaga lautan. Para nelayan dan penduduk daratan mencarinya persis di lokasi yang di informasikan camar dan lumba-lumba. 

Barangkali karena usianya pula yang tidak lagi muda, monster laut itu pun susah untuk naik keatas air bahkan sekedar untuk bernafas. Atau bisa jadi monster itu tak dapat lagi menahan beban arus air yang begitu berat menekan tubuhnya. 

Semua di kerahkan untuk membatu penyelamatan Nanggala. Nelayan berdoa dan meminta kepada Tuhan agar Nanggala bisa di selamatkan, penduduk daratan mengerahkan kemampuan alat canggihnya agar monster laut itu bisa tetap hidup.

Berhari-hari Nanggala di cari bahkan di tempat biasa ia hadir dan menyapa warga sambil menikmati sore senja, ia bahkan tidak ada di sana. 

"Nanggala, Nanggala, kamu di mana!"

"Nanggala, Nanggala, kamu di mana!"

Semua berseru memanggilnya namun tak ada jawaban sedikit pun darinya. Gelombang laut nampak tenang, meski lumba-lumba dan camar menunduk gelisah. Cakrawala terdiam, samudera mengisyaratkan kesedihan bagi semesta.

Betul saja, saat itu Nanggala tengah berjuang melawan dirinya sendiri untuk bangkit, ia sekarat dan tak mampu lagi berenang seperti dahulu di lautan dalam. Namun di saat ia mulai tenggelam perlahan, ia melihat seekor ikan kecil yang mirip dirinya tengah bermain dan bercanda bersama ikan-ikan kecil lainnya. Dan di hampirinya lah ikan kecil itu meski tubuhnya rapuh tak lagi seimbang menahan tekanan air laut.

"Kamu siapa wahai ikan kecil?"

"Aku Nanggala."

Monster laut itu kaget dengan ucapan ikan kecil tersebut sambil terus memperhatikan wajah dan gerak-geriknya. Ikan kecil itu begitu lincah, riang berlari kesana kemari.

Kemudian ikan kecil itu berkata kembali, "Rebahkanlah tubuhmu dengan tenang di sini wahai monster laut, jadilah keabadian yang sempurna untuk kehidupan dan tanggung jawab yang besar kelak di hari lain."

"Sudah waktunya kamu pulang dan aku akan menggantikan posisimu, menjaga kedaulatan wilayahmu."

Sambil berbicara ikan kecil itu terus bergerak ke sana-sini, begitu aktif dan nampak wajahnya berseri-seri.

Dan tak lama setelah itu monster laut yang gagah perkasa lagi tangguh, merebahkan dirinya dan menghembuskan nafas terakhirnya. Gelombang laut mengucap salam dan doa kepadanya, begitu pula camar dan lumba-lumba.

Monster laut itu mengeluarkan cahaya yang begitu terang hingga seluruh kedalaman samudera nampak kelihatan lalu perlahan meredup dan menghilang.

Handy Pranowo

28042021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun