Semua di kerahkan untuk membatu penyelamatan Nanggala. Nelayan berdoa dan meminta kepada Tuhan agar Nanggala bisa di selamatkan, penduduk daratan mengerahkan kemampuan alat canggihnya agar monster laut itu bisa tetap hidup.
Berhari-hari Nanggala di cari bahkan di tempat biasa ia hadir dan menyapa warga sambil menikmati sore senja, ia bahkan tidak ada di sana.Â
"Nanggala, Nanggala, kamu di mana!"
"Nanggala, Nanggala, kamu di mana!"
Semua berseru memanggilnya namun tak ada jawaban sedikit pun darinya. Gelombang laut nampak tenang, meski lumba-lumba dan camar menunduk gelisah. Cakrawala terdiam, samudera mengisyaratkan kesedihan bagi semesta.
Betul saja, saat itu Nanggala tengah berjuang melawan dirinya sendiri untuk bangkit, ia sekarat dan tak mampu lagi berenang seperti dahulu di lautan dalam. Namun di saat ia mulai tenggelam perlahan, ia melihat seekor ikan kecil yang mirip dirinya tengah bermain dan bercanda bersama ikan-ikan kecil lainnya. Dan di hampirinya lah ikan kecil itu meski tubuhnya rapuh tak lagi seimbang menahan tekanan air laut.
"Kamu siapa wahai ikan kecil?"
"Aku Nanggala."
Monster laut itu kaget dengan ucapan ikan kecil tersebut sambil terus memperhatikan wajah dan gerak-geriknya. Ikan kecil itu begitu lincah, riang berlari kesana kemari.
Kemudian ikan kecil itu berkata kembali, "Rebahkanlah tubuhmu dengan tenang di sini wahai monster laut, jadilah keabadian yang sempurna untuk kehidupan dan tanggung jawab yang besar kelak di hari lain."
"Sudah waktunya kamu pulang dan aku akan menggantikan posisimu, menjaga kedaulatan wilayahmu."