"Terimakasih Nanggala, terimakasih, kamu telah membantu dan menjaga kehidupan kami dari musuh-musuh yang datang sebab iri melihat wilayah laut kita yang kaya berlimpah."
"Terimakasih Nanggala, terimakasih."Â
Begitulah kiranya para penduduk daratan berkata kepadanya dan Nanggala pun kembali hilang lenyap tenggelam ke dalam lautan, sorak sorai kebahagiaan pun masih samar-samar  terdengar di telinga Nanggala.
Dan seperti itulah kebaikan Nanggala kepada para penduduk daratan dan juga kepada wilayah lautan yang di jaganya. Tidak hanya naga yang pernah di hancurkannya ada juga raksasa besar berwarna biru dengan tanda bintang di dahinya.Â
Kala itu ia membawa racun mematikan yang hendak di sebarkan kepada penduduk daratan agar mereka mabuk dan lupa ingatan.Â
Raksasa itu masuk menerobos wilayah laut yang di jaga Nanggala untuk menuju daratan namun di tengah perjalanannya raksasa itu keburu ketahuan, mengetahui ada gerak-gerik yang mencurigakan Nanggala pun memberi peringatan untuk kembali. Â
Namun raksasa itu menyerangnya hingga tanpa pikir panjang lagi Nanggala pun menghancurkan raksasa tersebut dengan senjata ampuhnya. Hancurlah raksasa berkeping-keping dan racun yang ada di tangannya pun hancur berantakkan.
Penduduk daratan begitu senang dan tenang bila ada Nanggala di lautan sebab yakin terjamin keamanan mereka. Nanggala begitu baik dan ramah serta dapat di andalkan tenaga dan senjata saktinya.
Namun entah kenapa sudah lama ini ia tak nampak terlihat di tepian pantai, penduduk daratan sangat merindukan kehadirannya meskipun sekedar lambaian tangan.Â
Hingga datang berita dari camar dan lumba-lumba bahwasanya Nanggala tengah di landa musibah, ia sakit di dalam tugas menjaga lautan. Para nelayan dan penduduk daratan mencarinya persis di lokasi yang di informasikan camar dan lumba-lumba.Â
Barangkali karena usianya pula yang tidak lagi muda, monster laut itu pun susah untuk naik keatas air bahkan sekedar untuk bernafas. Atau bisa jadi monster itu tak dapat lagi menahan beban arus air yang begitu berat menekan tubuhnya.Â