Waktu aku datang ke rumahmu, kamu sedang asyik menari ballet di ruang tamu, busana tarimu yang transparan bagai sebuah pemandangan indah yang membuatku tak jemu memandangmu lama.
Beberapa meja dan kursi kamu pindahkan ke satu sudut ruangan dan yang tersisa hanya lemari kayu ukir yang besar tempat menyimpan beberapa jenis minuman alkohol dan wine, beberapa plakat, foto-foto keluarga serta piagam-piagam.
Dari kecil kamu memang sudah ikut kursus tari ballet dan minang di sanggar Harapan Bunda depan komplek rumah kita. Kamu gadis kecil cantik dengan hidung mancung dan pipi yang tirus, rambutmu ikal panjang terurai hingga melebihi bahu.Â
Dulu kamu sering mondar-mandir komplek dengan memakai sepatu roda dan aku suka menggodamu dengan mengatakan "hei ceking jangan maen sepatu roda di sini, berisik". Waktu itu aku SMA kelas dua dan kau masih duduk di bangku sekolah dasar.
Setelah aku mengatakan seperti itu kamu pun berhenti, ke dua tanganmu kau taruh di pinggang sambil matamu melotot kamu berkata " Awas ya ngatain aku ceking, aku bilangin nenek aku nanti biar di omelin, dasar jelek."
------
" Eh ada Handy, pasti Wulan ya yang nyuruh datang ke rumah"
" Ihh mamah, kok Wulan sih, kan mamah yang minta si jelek itu datang ke rumah" sahut Wulan dan menghentikan latihan tariannya.Â
" Heh, kalo ngomong."
" Ini ndy, tante kan mau ke Kebayoran nengok nenek katanya sakit, tolong temenin Wulan ya, tante udah buatin makanan buat kalian berdua, tante nggak akan lama kok cuma mau kasih obat pesanan nenek."
"Mamah si Handy tuh katanya mau ngabisin wine rose punya mamah yang baru di beli kemarin." sahut Wulan.
" Bohong tante, reseh lu."
" Tante tahu kok, anak tante sendiri yang suka abisin wine rose nya tante makanya aku suruh Handy datang biar bisa jagain Wulan."
" Males"
" Eeh, bilang apa lu jelek sana pulang gih" Â Wulan menghampiriku sambil mencubit lengan kananku.
Itulah Wulan sudah besar dia, kecantikkannya makin terpancar, tubuhnya yang semampai sangat indah di pandang dengan bentuk pinggang yang menawan dan buah dada yang tidak terlalu besar. Sempurna.
Waktu ia duduk di bangku SMA hampir semua pemuda di komplek dan luar komplek menggodanya baik yang sepantaran dengannya maupun yang lebih tua namun siapa yang tahan sama Wulan, waktu SMA judesnya bukan main lagi pula tak ada satu pun pemuda yang berani main ke rumahnya karena neneknya begitu galak dan sangat-sangat melarang Wulan bergaul.
" Awas Wulan jangan bergaul sama anak-anak kampung sini, sering mabuk dan gayanya urakkan."
Tetapi aku tidak pantang mundur bagai motor yang di kebut di jalan lurus apapun aku terabas hingga sampai suatu waktu aku beranikan diri datang ke sekolahannya. Kebetulan sekolahnya tidak jauh dari tempat kami tinggal, ia sekolah di SMK pariwisata yang cukup terkenal. Aku datang dengan dua batang coklat Toblerone dan juga sebuah puisi cinta yang ku buatkan khusus untuknya.
Betapa kagetnya dia, melihat aku berdiri di depan gerbang sekolahnya saat jam istirahat namun ia tidak bisa juga menolak setelah ku berikan apa yang aku bawa untuknya. Sekitar sepuluh sampai lima belas menit kami ngobrol di sebuah warung minuman, obrolan yang sederhana dan entah apa pula maknanya. Sekedar ajakan nonton film di bioskop atau makan di restauran cepat saji di blok M. Saat itu aku baru tujuh bulan bekerja di sebuah restaurant.
Namun untung tak dapat di raih,malang tak dapat di tolak perasaan cintaku kepadanya tak juga sampai ia terima, ia katakan sudah mempunyai pacar tetapi ia senang mendapat sebuah puisi yang begitu bagus dan dalam. Aku mencoba tegar dan memperlihatkan raut wajah yang tenang, mungkin memang bukan jodoh.
Lulus SMK ia pun pindah bersama keluarganya tidak lagi menempati rumah neneknya, ayahnya membeli sebuah rumah di daerah Pamulang. Sejak saat itu aku tak pernah bertemu dengannya lagi.
-----
" Handy kapan berlayar lagi, Wulan mau parfum yang kayak kemarin." sahutnya sambil ia lepaskan bagian atas busana tarinya, meski tubuhnya membelakangi wajahku tetap saja aku melihatnya deg-degan.
" Handy jangan ngintip ya, jangan juga nafsu nanti aku bilangin nenek loh, lagian mamah udah percaya sama Handy untuk jagain Wulan di sini."
Aku katakan kepadanya aku lelaki normal, aku pernah mencintaimu, aku pernah mengajakmu kencan saat kau duduk di jelas satu SMK, kamu ingat kan waktu itu.Â
" Iya jelek, aku ingatlah, tapi tetep Handy nggak boleh nafsu sama Wulan, karena Handy sahabat terbaik aku."
Di bukanya sebotol wine olehnya kami bersulang dan meminumnya sambil selonjoran di sofa kami pun melangsungkan percakapan di ruang tamu yang begitu akrab suasananya.Â
" Handy, di kapal pasti banyak cewek seksinya kan, Wulan yakin Handy pasti nakal di sana."
" Sama seperti Wulan juga banyak cowoknya, kamu juga pasti nakal."
" Idih gitu, tapi Wulan kan cantik wajar kalo banyak cowoknya kalo Handy jelek."
" Eh biar aja jelek, toh aku punya temen cewek yang cantik."
Kami pun saling tertawa, wine kembali di tuangkan ke dalam gelas, badan mulai terasa gerah dan AC di ruangan kami nyalakan. Kecantikkan mu sungguh luar biasa makin dewasa semakin indah dan sempurna meski tak pernah aku memilikimu namun aku senang kamu masih menganggapku sebagai kawan baik. Katamu, kamu tak berani lakukan hal seperti ini di depan kekasihmu, minum wine dan sesantai ini seperti bersamaku.Â
" Kapan Wulan mau nikah, jangan sampai telat loh, nanti keburu aku yang nikahin." candaku kepadanya.
Ia pun berdiri dari sofanya lalu di taruhnya gelas wine di meja kecil di samping sofa tempat duduknya lalu dengan santai menghampiriku. Wajahnya tepat di depan wajahku, sungguh bibirnya merah merona dan aroma tubuhnya begitu harum bagai bunga mawar di tengah kehujanan.
" Aku mau menikah denganmu, tapi sekarang sebelum mamah pulang." suaranya mendesah di telinga sambil ke dua tanganya mengelus seluruh wajahku, aku di bawa rebah bersama tubuhnya.
Aku terdesak mencoba bangkit dari sandaranku, darahku naik turun namun ku coba untuk tetap sadar tak boleh terjadi , tak boleh aku di tipu oleh gerak-geriknya, aku tahu ia sedang mencoba membodohiku. Meski begitu dua susunya yang bulat nampak jelas lembut terlihat.
Drama itu berlangsung sekejap setelahnya tawanya lepas sambil di dorongkan tubuhku ke dalam sofa panjang berwarna hitam, suasana yang tadi sempat panas sesaat kini berubah hangat kembali lalu kami tuangkan wine ke dalam gelas yang sudah hampir habis. Matahari sore lembut bersinar di balik pohon kamboja, tatap matamu menyeringai, senyummu yang menggoda mengurai nafsu namun tak mudah pula di taklukkan membuat lelaki manapun menjadi besar penasarannya.
Handy Pranowo
18032021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H