Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wulan

18 Maret 2021   16:09 Diperbarui: 18 Maret 2021   16:16 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mamah si Handy tuh katanya mau ngabisin wine rose punya mamah yang baru di beli kemarin." sahut Wulan.

" Bohong tante, reseh lu."

" Tante tahu kok, anak tante sendiri yang suka abisin wine rose nya tante makanya aku suruh Handy datang biar bisa jagain Wulan."

" Males"

" Eeh, bilang apa lu jelek sana pulang gih"  Wulan menghampiriku sambil mencubit lengan kananku.

Itulah Wulan sudah besar dia, kecantikkannya makin terpancar, tubuhnya yang semampai sangat indah di pandang dengan bentuk pinggang yang menawan dan buah dada yang tidak terlalu besar. Sempurna.

Waktu ia duduk di bangku SMA hampir semua pemuda di komplek dan luar komplek menggodanya baik yang sepantaran dengannya maupun yang lebih tua namun siapa yang tahan sama Wulan, waktu SMA judesnya bukan main lagi pula tak ada satu pun pemuda yang berani main ke rumahnya karena neneknya begitu galak dan sangat-sangat melarang Wulan bergaul.

" Awas Wulan jangan bergaul sama anak-anak kampung sini, sering mabuk dan gayanya urakkan."

Tetapi aku tidak pantang mundur bagai motor yang di kebut di jalan lurus apapun aku terabas hingga sampai suatu waktu aku beranikan diri datang ke sekolahannya. Kebetulan sekolahnya tidak jauh dari tempat kami tinggal, ia sekolah di SMK pariwisata yang cukup terkenal. Aku datang dengan dua batang coklat Toblerone dan juga sebuah puisi cinta yang ku buatkan khusus untuknya.

Betapa kagetnya dia, melihat aku berdiri di depan gerbang sekolahnya saat jam istirahat namun ia tidak bisa juga menolak setelah ku berikan apa yang aku bawa untuknya. Sekitar sepuluh sampai lima belas menit kami ngobrol di sebuah warung minuman, obrolan yang sederhana dan entah apa pula maknanya. Sekedar ajakan nonton film di bioskop atau makan di restauran cepat saji di blok M. Saat itu aku baru tujuh bulan bekerja di sebuah restaurant.

Namun untung tak dapat di raih,malang tak dapat di tolak perasaan cintaku kepadanya tak juga sampai ia terima, ia katakan sudah mempunyai pacar tetapi ia senang mendapat sebuah puisi yang begitu bagus dan dalam. Aku mencoba tegar dan memperlihatkan raut wajah yang tenang, mungkin memang bukan jodoh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun