Kami pun saling tertawa, wine kembali di tuangkan ke dalam gelas, badan mulai terasa gerah dan AC di ruangan kami nyalakan. Kecantikkan mu sungguh luar biasa makin dewasa semakin indah dan sempurna meski tak pernah aku memilikimu namun aku senang kamu masih menganggapku sebagai kawan baik. Katamu, kamu tak berani lakukan hal seperti ini di depan kekasihmu, minum wine dan sesantai ini seperti bersamaku.Â
" Kapan Wulan mau nikah, jangan sampai telat loh, nanti keburu aku yang nikahin." candaku kepadanya.
Ia pun berdiri dari sofanya lalu di taruhnya gelas wine di meja kecil di samping sofa tempat duduknya lalu dengan santai menghampiriku. Wajahnya tepat di depan wajahku, sungguh bibirnya merah merona dan aroma tubuhnya begitu harum bagai bunga mawar di tengah kehujanan.
" Aku mau menikah denganmu, tapi sekarang sebelum mamah pulang." suaranya mendesah di telinga sambil ke dua tanganya mengelus seluruh wajahku, aku di bawa rebah bersama tubuhnya.
Aku terdesak mencoba bangkit dari sandaranku, darahku naik turun namun ku coba untuk tetap sadar tak boleh terjadi , tak boleh aku di tipu oleh gerak-geriknya, aku tahu ia sedang mencoba membodohiku. Meski begitu dua susunya yang bulat nampak jelas lembut terlihat.
Drama itu berlangsung sekejap setelahnya tawanya lepas sambil di dorongkan tubuhku ke dalam sofa panjang berwarna hitam, suasana yang tadi sempat panas sesaat kini berubah hangat kembali lalu kami tuangkan wine ke dalam gelas yang sudah hampir habis. Matahari sore lembut bersinar di balik pohon kamboja, tatap matamu menyeringai, senyummu yang menggoda mengurai nafsu namun tak mudah pula di taklukkan membuat lelaki manapun menjadi besar penasarannya.
Handy Pranowo
18032021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI