Terakhir, kalau tidak berhasil dengan ancaman kasar dan halus, biasanya bentuk intervensi yang sukar bagi Jaksa menangkalnya  adalah godaan integritas dengan diimingi materi.
Ancaman demikian bisa kita katagorikan sebagai ancaman ekonomi, seperti penawaran suap, iming-iming jabatan atau keuntungan finansial atau materi lainnya sebagai imbalan untuk menghentikan proses hukum yang sedang berlangsung.
Iming-iming jabatan yang tinggi oleh pihak yang berkuasa dan uang yang banyak untuk menikmati pensiun dengan nyaman, tentunya sangat menggoda dan bisa menggoyahkan iman dan integritas seorang jaksa.
Dengan demikian jaksa diharapkan untuk tetap memegang teguh prinsip-prinsip keadilan, integritas, dan profesionalisme.
Namun tentunya hal ini tidak mudah dalam menghadapi semua tantangan tersebut dalam kenyataannya.
Setelah memahami betapa beratnya tantangan yang dihadapi seorang jaksa dalam bekerja, bisa disimpulkan sepertinya hanya makhluk yang melewati kualifikasi manusia yang siap menghadapinya.
Kualifikasinya yang dituntut bagi Jaksa sangat tinggi dalam mengemban tugasnya secara profesional, mendekati fisik makhluk luar bumi seperti superman yang diisi dengan jiwa malaikat.
Agar supaya tugas Kejaksaan dapat diemban manusia biasa perlu pemikiran yang mendalam dengan melakukan riset menyeluruh agar seorang jaksa kuat dan berani serta dilindungi dalam melakukan pekerjaannya.
Menjadi kuat dan berani tentu saja bisa dimulai dari perekrutan pertama sebagai Jaksa dan ditempa dengan pelatihan yang tepat disertai dengan lingkungan dan teladan yang baik dari senior dan atasannya.
Perlindungan bisa berasal baik dari lembaga penegak hukum tempatnya bekerja maupun Lembaga penegak hukum lainnya dan negara harus terlibat agar Jaksa bisa melaksanakan tugasnya dengan aman dan tanpa tekanan eksternal yang tidak perlu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H