Etika Dalam Menggunakan Kendaraan Umum
Perbedaan perilaku dan etika penumpang kendaraan umum dapat  dapat memicu pertengkaran antara penumpang.
Beberapa penumpang, entah karena tidak paham (baru datang dari hutan belantara) atau memang sengaja tidak mematuhi aturan dalam menggunakan kendaraan umum.
Perilaku seperti patuh berada dalam antrian, memberikan tempat duduk bagi penumpang lanjut usia (lansia) atau penyandang disabilitas, atau menjaga kebersihan kendaraan umum (tidak meludah atau membuang sampah sembarangan) merupakan perilaku standar yang harus dipenuhi ketika naik kendaraan umum
Ketidak patuhan terhadap etika berkendaraan umum dapat menyebabkan ketegangan antar penumpang yang berakhir dengan pertengkaran, bahkan bisa baku hantam.
Selain daripada itu ada lagi tingkah penumpang yang tidak beradab lainnya yaitu  dengan  terlalu bising, seperti berbicara keras, mendengarkan musik keras, atau menelepon dengan volume tinggi (bisa jadi memang budeg total).
Perilaku-perilaku seperti ini bisa mengganggu penumpang lain dan menciptakan ketidaknyamanan, serta memancing pertengkaran.
Sangat sering kita lihat misalnya penumpang KRL yang memakai tempat duduk yang seharusnya diberikan kepada penumpang prioritas.
Pada waktu naik penumpang tersebut yang masih muda, sehat dan tidak terlihat sebagai penumpang yang layak mendapatkan tempat duduk prioritas, malah duduk di kursi prioritas.
Parahnya lagi sudah tidak berhak, berlagak begok dan tuli dengan duduk di bangku prioritas, dengan memasang masker, pakai headset dan menekuk topi menutupi mata dan pura-pura tidur, tanpa memperdulikan lagi lingkungan sekitar.
Â
Ketahuannya pura-pura tidur, apabila KRL berhenti di halte yang ditujunya, tiba-tiba penumpang dableg tersebut otomatis bangun dari tidurnya.Â
Tingkah seperti ini sangat berpotensi  memicu konflik, apabila ada yang menegur.