Nasi Tiwul sendiri merupakan makanan yang berbahan dasar singkong dan menjadi pengganti nasi putih ketika era penjajahan Jepang sekitar tahun 1960-an dimana masyarakat lokal tidak dapat membeli beras saat itu. Tiwul sendiri juga menjadi suatu ciri khas bagi masyrakat yang berada di daerah tandus. Karena, ketika musim kemarau berkepanjangan tiba Tiwul menjadi salah satunya cara masyarakat untuk bertahan diri.
Saat ini, Nasi Tiwul digunakan lebih kepada makanan ringan (camilan) yang biasanya juga disajikan dengan parutan kelapa dan siraman gula merah. Seiring berjalannya waktu, Nasi Tiwul digunakan berbagai desa wisata sebagai welcoming snack untuk menyambut wisatawan yang datang ke suatu daya tarik wisata.
5. Gatot Gunung Gidul
Gatot merupakan makanan tradisional asli gunung kidul, yang biasanya dimakan dengan sayuran sebagai pengganti nasi. Makanan ini menjadi makan yang sangat di favorit masyarakat Gunungkidul karena rasanya manis, lezat, dan gurih.
Gatot merupakan produk ala wong cilik yang dengan mudah Anda jumpai di seantero Jogja. Tetapi aslinya hidangan ini berasal dari Gunung Kidul. Gatot dibuat dari sisa bahan tiwul yang tidak terproses dengan baik. Ketimbang dibuang percuma, oleh rakyat sekitat dibuat menjadi Gatot.
Gatot merupakan produk ala wong cilik yang dengan mudah Anda jumpai di seantero Jogja. Tetapi aslinya hidangan ini berasal dari Gunung Kidul. Gatot dibuat dari sisa bahan tiwul yang tidak terproses dengan baik. Ketimbang dibuang percuma, oleh rakyat sekitat dibuat menjadi Gatot.
 6. Wedang Uwuh
Wedang identik dengan minuman hangat yang salah satu komposisinya menggunakan jahe, sama halnya dengan wedah uwuh. Pada wedang uwuh pun juga digunakan tanaman herbal bernama jahe. Selain jahe, ditambahkan pula kayu secang, cengkeh, kayu manis, pala, serai, kapulaga, dan gula batu atau gula pasir.
Asal mula wedang uwuh berasal dari kisah Sultan Agung yang merupakan Raja Mataram di Yogyakarta. Suatu hari Sultan Agung bersama beberapa pengawalnya sedang mencari tempat untuk dijadikan sebagai pemakaman keluarga raja. Beberapa tempat telah mereka kelilingi, hingga akhirnya Bukit Merak Imogiri yang terletak di Bantul terpilih menjadi tempat yang paling cocok.
Ia kemudian mengamati bahan-bahan yang ada pada wadah tersebut dan meraciknya pada malam selanjutnya. Hingga akhirnya minuman itu menjadi favorit di lidah sang raja dan masyarakat Yogyakarta. Mereka pun pada akhirnya menamakan minuman itu dengan sebutan "Wedang uwuh".
7. Yangko