“Ada apa dengan dia?”
“Dia seperti ada di sini.Dia seakan memelukku dengan erat.Tubuhku terasa hangat.Inikah keajaiban yang kau maksud tadi?”So Hwan menoleh ke arah Yesung.Lelaki itu membalas tatapan gadis itu dengan eye smile-nya seraya berkata ‘iya’.
“Bagaimana?Kau sudah bisa menyikapi masa lalu?” Tanya Jong Woon.
“Sepertinya sudah. Dua quotes dari buku itu, kata-kata ibu yang ayah ucapkan tadi, dan ini yang konyol. Udara pagi hari dan juga sinar matahari.”So Hwan terkekeh.
“A.” Mereka—So Hwan dan Jong Woon secara bersamaan akan angkat bicara. Namun, So Hwan mempersilahkan lelaki itu berbicara terlebih dahulu; karena memang sudah gilrannya, kan?
“Aku senang sekali kita bisa sedekat ini.Seperti mimpi, ku pikir.”
Hening.
“Oh, ya, lalu apa yang ingin kau katakan? So Hwan membalikkan tubuhnya.Jaraknya dengan Jong Woon terbilang hanya sejengkal. Napas lelaki itu yang menguap lantaran udara dingin pagi ini jelas ia lihat.
“Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih.Terima kasih juga kau telah memberi buku itu.Aku sangat menyukainya.”
“Penulis buku itu memang hebat, ya,” sanjung Jong Woon.
“Tidak.Tapi, sangat hebat.Hmm, mungkin ini hanya perasaanku saja.Aku merasa jika salah satu yang menulis buku itu adalah kau.Kau bisa dengan baik menghapal isinya.Saat aku berada di suatu kejadian tertentu, kau dengan sigap menyuruhku untuk membuka halaman tertentu yang berhubungan dengan apa yang aku alami.”