Kata ‘iya’ sebagai persetujuan tak So Hwan ucapkan.Ia hanya terdiam selama beberapa saat lalu mengangguk. Yesung pun begitu.Ia tak mengeluarkan sepatah kata pun ketika meninggalkan gadis itu. Ia hanya mengambil tas ransel berwarna peach yang masih So Hwan kenakan, kemudian mengambil sebuah buku dari sebuah tangan yang terasa dingin dan memasukkannya ke dalam tasitu.
***
“Ayah, kapan kau datang?”Mata sayu yang beberapa saat lalu baru terbuka kini melebar.Melihat seorang lelaki yang membelakanginya sedang membuka kulkas. Dan, sebenarnya sang pemilik matapun ingin membuka kulkas itu juga.
Sang ayah membalikkan tubuh dengan sebuah gelas berembun yang berisi air.“Sekitar lima belas menit yang lalu. Hari ini, minggu, kan? Kenapa kau bangun pagi sekali?” tanyanya setelah melirik jam dinding di ruang tengah rumah berkonsep Elektik itu.
“Aku ada janji ke taman dengan temanku.”
Lelaki bermarga sama dengan So Hwan itu mengerutkan kening. “Dengan siapa?”
“Dengan… Jong Woon,” balas anak gadisnya.
“Ada acara apa, tiba-tiba kau pergi dengannya? Seingatku, kau tidak akrab dengannya.Atau jangan-jangan…”
So Hwan membelakkan mata dan sedikit meninggikan intonasi bicaranya.“Ayah… aku dan dia tidak ada acara khusus. Kebetulan saja, kemarin dia mengajakku ke taman. Lagipula, aku sudah lama tidak ke sana.”
Pria paruh baya itu mengangguk-angguk.“Baiklah, semoga harimu menyenangkan.Ngomong-ngomong, kau tahu tidak kata-kata ibumu yang membuatu ayah bisa bersemangat lagi?”
Sang putri hanya menggeleng dengan wajah polos.