“Masa lalu adalah sesuatu yang ajaib.Tidak ada bentuknya tapi bisa memengaruhi kehidupan seseorang.Boleh saja kau mengingatnya; karena kau tidak punya Alzheiemer.Akan tetapi, jika kau tidak bisa membedakan di mana masa kau hidup sekarang, masa lalu akan menjadi benalu yang menarikmu dalam kesedihan.”Young Sam Dong meneguk airnya dengan hikmat—hingga suara tegukan itu terdengar jelas di telinga So Hwan.Menemani keheningan yang diciptakannya saat sedang mencerna kata-kata ayahnya barusan.
“Jangan melamun, segera bersiaplah.Jangan buat Jong Woon menunggu,” Sam Dong mengguncang bahu anaknya pelan.Setelah menyetabilkan dirinya, So Hwan pun mengambil air dalam kulkas, dan setelahnya bergegas mandi.
***
Aku harus membicarakan tentang apa? Aku benar-benar tidak akrab dengannya.So Hwan terusmemerhatikan Jong Woon yang sedang memejamkan mata dan merentangankan kedua tangannya. Hidung mancungnya sedikit kembang kempis saat udara sejuk pagi ini keluar masuk dari sana.
“So, kau bilang kau suka udara pagi hari.Kenapa wajahmu tidak terlihat senang?”
Gadis itu sentak menghentikan ayunan tangannya.“Aku menyukainya.Hanya saja ada yang sedang ku pikirkan.”Ia memberikan cengiran di akhir kalimat.
“Apa?Jangan-jangan tentang masa lalu.”Tebakan Jong Woon sangat akurat–yang membuat So Hwan dengan berat menganggukkan kepalanya sekali.
“Kenapa kau memikirkan hal percuma itu pagi hari seperti ini, heum?”Jong Woon mengacak rambut yang berkuncir kuda itu.Sang pemilik mencelos dengan menjauhkan tangan jahil itu.
“Hentikan!Aku tidak membawa sisir, bodoh!”
“Wait, Wait… jangan kesal dulu seperti itu. Ayo kita melihat sunrise di sana,” ucap Jong Woon seraya menunjuk arah depan. Tak perlu menunggu gadis itu untuk melangkahkan kakinya. Jong Woon menarik tangan gadis itu dan berlari menuju tempat yang ia maksud tadi.
***