Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Aroma Kesombongan dalam Cerita Kesuksesan

25 Januari 2025   16:06 Diperbarui: 25 Januari 2025   16:06 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berbincang (Sumber: SHUTTERSTOCK via Kompas.com)

Dalam ajaran kristiani, terlihat bahwa banyak mendengar adalah sesuatu yang lebih baik daripada banyak berbicara. Dan biasanya, orang yang banyak berbicara, dalam hal ini, dalam situasi informal atau santai, terkesan arogan dan pastinya memonopoli arah percakapan.

3. Bangun percakapan dua arah yang seimbang

Sejalan dengan poin dua, dalam poin tiga ini, kenakan "rem" sewaktu berbicara. "Rem" di sini bukan berbentuk fisik dalam bentuk lem bibir atau lakban mulut. "Rem" di sini dalam bentuk kesadaran diri kapan harus berbicara dan kapan harus mendengar. 

Kalau melihat ayat Alkitab dalam Yakobus 1:19 sebelumnya, maka mendengarkan mendapat porsi terbesar. Sedapat mungkin, berikan kesempatan yang lebih banyak untuk lawan bicara berbicara. Karena di zaman seperti sekarang ini, banyak orang ingin mengungkapkan kesulitan hidup, tapi hanya sedikit insan yang mau mendengarkan keluh kesah mereka.

Bagaimana saya dan Anda bersikap sebagai pendengar ketika mendapat lawan bicara yang "dominan" seperti Leo?

Bagaimana seandainya menghadapi lawan bicara yang "dominan" seperti Leo?

Berikut 3 (tiga) saran dari saya supaya saya dan Anda bersikap sebagai pendengar yang bijak dalam menghadapi lawan bicara seperti Leo:

1. Sabar mendengarkan

Tetap sabar mendengarkan. Tetap jaga kontak mata yang merupakan tanda menghormati lawan bicara. Hargai lawan bicara yang meluangkan waktu berbicara pada kita, meskipun mungkin dia memonopoli seluruh waktu percakapan.

Tetap tampilkan senyum di wajah, meskipun hati panas. Jangan tampakkan muka kesal atau marah. Karena mungkin juga tidak ada seorang pun yang mau mendengarkan sang lawan bicara. Paling tidak, kita menunjukkan apresiasi karena lawan bicara mau berbagi pengalaman dan keluh kesah.

2. Jangan menyela dan jangan memberi komentar

Tentu saja, kita tidak senang saat lawan bicara menyela saat kita berbicara. Kita belum selesai dalam menyatakan opini, tapi lawan bicara menghentikan pemaparan kita. Entah karena tidak setuju dengan pendapat kita; atau karena dia ingin langsung menyatakan opini, sehingga dia tidak sabar menunggu kita selesai bicara. Dia takut lupa dengan pendapatnya kalau menunda mengungkapkan.

Oleh karena itu, kita harus tetap sabar mendengarkan. Jangan menyela, meskipun kita tidak setuju dengan pendapatnya. Karena kalau kita menyela, menyatakan ketidaksetujuan, maka justru akan menimbulkan pertentangan di dalam pembicaraan. Lawan bicara merasa terintimidasi dan dilecehkan pendapatnya.

Dan efeknya, perbincangan akan semakin panjang.

Jangan juga memberi komentar, karena efeknya juga sama. Perbincangan akan semakin panjang dan lawan bicara akan merasa kita tertarik dengan topik yang sedang dibahas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun