Saya tidak tahu apakah Anda seperti saya sebagai pendengar yang menjadi "korban" atau malah seperti Leo yang oportunis dan egois.
Yang jelas, ini ada 3 (tiga) saran buat Leo dan orang-orang yang setipe dengan dia. Berikut saran-saran saya buat Leo dan orang-orang yang setipe dalam bersikap dan bertutur kata di hadapan lawan bicara:
1. Menyadari kalau tidak semua orang suka mendengarkan cerita kesuksesan orang lain
Harus disadari kalau tidak semua orang suka mendengarkan cerita kesuksesan orang lain.Â
Setiap insan mempunyai kesukarannya sendiri hari demi hari. Masing-masing tidak sama tingkat kesulitan dalam permasalahannya. Oleh sebab itu, alih-alih senang, lawan bicara mungkin malah lebih galau setelah mendengar kesuksesan orang lain.
Seperti dalam kasus saya. Saya mempunyai masalah tersendiri. Leo tidak tahu masalah saya. Saya ingin berbagi kepada orang lain, tapi saya sadar, kalau tidak semua orang dapat menjadi pendengar yang baik dan tidak semua orang bisa memberikan solusi yang tepat sesuai dengan kebutuhan saya.
Mendengar Leo "meleter", "menyombongkan" segala pencapaian membuat saya lelah dalam mendengar dan galau dalam menatap hari depan.
Oleh karena itu, menyadari akan kebutuhan orang lain adalah yang terpenting. Apa kebutuhan orang lain tersebut? Didengarkan. Mereka, lawan bicara, butuh didengar, bukan sebaliknya.
2. Menjaga batas penceritaan yang tidak terlalu panjang supaya tidak terkesan arogan
Saya teringat dengan salah satu ayat Alkitab yang berhubungan dengan interaksi, komunikasi dengan sesama.
Mohon maaf bagi yang beragama lain, tapi menurut saya, firman Tuhan yang saya kutip berikut sangat tepat untuk membahas poin kedua ini.
Ayat Alkitab tersebut terdapat dalam Yakobus 1:19 yang berbunyi, "Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah." Tadi dalam versi Terjemahan Baru yang standar.
Kalau dalam versi Firman Allah Yang Hidup, tertulis, "Saudara sekalian yang saya kasihi, sekali-kali janganlah lupa bahwa lebih baik kita banyak mendengar, sedikit berbicara, dan tidak pemarah."