Siapa pun yang membaca artikel ini, hendaknya wawas diri dan mengkaji ulang waktu yang tidak bisa terulang. Belum lagi uang yang sudah keluar untuk membeli smartphone dan kuota internet.
Hendaknya gunakan waktu dan uang untuk hal-hal yang memang berguna untuk kehidupan yang lebih baik. Gim daring, film-film, atau belanja daring, semua itu boleh-boleh saja "dinikmati" saat luang, namun jangan sampai berlebihan.
Jika kita tidak mengerem atau tidak membatasi penggunaan gawai dan internet untuk hal-hal yang tidak produktif, akibatnya bisa fatal. Keuangan "bocor" dan tidak sadar kalau usia sudah tua. Penyesalan yang datang pada akhirnya.Â
Secara pribadi, saya melihat Yudha sudah mengarah ke arah yang lebih baik, yaitu penggunaan gawai dan internet untuk kemajuannya, untuk masa depan yang lebih baik.
"Aku ikut kursus online. Belajar jualan lewat Facebook Ads, Instagram Ads, Tiktok, Shopee, dan lain-lain. Aku sudah capek hidup susah."
"Memang tidak mudah menjalankan usaha. Bisnis online juga sama seperti bisnis offline. Butuh waktu untuk berhasil."
"Ada harga dan waktu yang harus dibayar. Sudah capek-capek kuliah, boro-boro gaji setara UMR setelah jadi sarjana."
"High paid skill. Aku ingin punya kemampuan seperti R yang sudah terbukti berhasil berjualan lewat online. Supaya aku bisa memberikan sumbangsih bagi negara ini, buat bangsa ini, dan khususnya buat keluarga," tutup Yudha dengan penutup yang 'manis'.
Ya, terkadang mau berbuat banyak, tapi masih terbatas pendapatan, karena tangan masih "di bawah".
Tidak salah dengan menjadi karyawan, tapi kalau mau berbuat lebih, di samping menjalani profesi karyawan, menyambi sebagai pengusaha bisa membuka banyak jalan menuju keberhasilan dan bisa banyak berbagi untuk sesama yang membutuhkan bantuan.
Pelajari High Paid Skill. Kuasai keterampilan yang dibayar tinggi. Karena kehidupan di dunia cuma sekali. Jangan hanya menjalani pekerjaan yang dibayar sekadarnya. Ingat, orang tua, pasangan (suami atau istri), anak, dan segala insan, semuanya menunggu uluran tangan dan bantuan kita.