Ini saya disclaimer dulu sebelumnya. Saya tidak berafiliasi atau meng-endorse atau mempromosikan Maxim dalam tulisan ini. Saya menulis artikel ini hanya untuk berbagi pengalaman saat menggunakan jasa Maxim driver. Saya tidak mendapat keuntungan apa-apa dari Maxim untuk penulisan artikel ini, baik itu keuntungan secara materiel maupun imateriel.
Kebanyakan saya menggunakan jasa Maxim, khususnya Maxim Car bersama dengan saudara perempuan saya, sebut saja Linda dan Dania. Biasanya kami menggunakan jasa Maxim Car saat hendak berangkat dari Samarinda ke Balikpapan atau sebaliknya.
Kami memesan jasa Maxim Car dari rumah Linda di pinggiran kota dan tujuan kami adalah ke titik perhentian bus yang pertama di dekat SMP Negeri 10 Samarinda di Jalan Untung Suropati.
Karena bertiga dan ada travel bag yang kami bawa, kami memakai jasa Maxim Car, karena tarif jasa Maxim lebih murah dibanding memakai jasa GoCar atau GrabCar. Sorry to say.
Dan, seperti ritual pakem yang terus berlangsung, saya didapuk kakak saya, Linda, untuk duduk di depan, di samping driver.
"Kamu aja yang duduk di depan, Ton," kata Linda.
Tentu saja, saya tidak menolak "titah" tersebut, karena ada keuntungan ganda yang saya peroleh dari "posisi" tersebut.
Keuntungan pertama, kedua kaki saya bisa bebas berselonjor tanpa harus terhalang oleh kursi di depan, seperti saat saya duduk di lajur dua. Kedua tungkai kaki leluasa untuk bergerak.
Keuntungan kedua, saya bisa mengobrol dengan driver, meskipun tidak terlalu leluasa karena kedua saudara perempuan mengingatkan untuk tidak terlalu "mengalihkan" fokus driver karena terlalu asyik bercakap-cakap.
Jadi, saat bepergian bersama Linda dan Dania, saya sedikit "mengerem" rasa ingin tahu saya tentang latar belakang driver.
Hingga pada suatu kesempatan, saya harus pergi seorang diri. Tepatnya kesempatan itu terjadi dua minggu yang lalu, hari Kamis, 19 Desember 2024.Â