Sempat Yudha menanyakan kepada Eli, "Kenapa kamu kalau sama saudara-saudara yang laki-laki, yaitu aku, Charlie dan Yusuf, selalu jutek dan kasar?"
Eli menjawab, "Karena kalian yang laki-laki ini tidak ada inisiatif. Seperti ini, aku sudah siapkan Havermut dan telur satu piring, tapi kamu gak ada inisiatif buat sendiri havermutnya. Gak ada inisiatif goreng telur sendiri."
Yudha mengaku diam saat itu pada saya, namun Yudha mengomel dalam hati (dan mengutarakan ke saya isi omelannya), "Orang dia gak ada ngomong kalau itu buat bersama. Dia cuma taruh havermut di meja dan satu piring telur di lantai. Tiga hari gak ngomong, kalau gak salah, dan pas hari keempat, dengan kasar, dia bilang,"Itu havermut di meja kamu bikin sendiri buat sarapan. Goreng telur sendiri buat sarapan."Â
"Aku ada di kamar. Pintu tertutup. Dia bicara keras dari luar. Apakah itu sopan? Meskipun lebih tua, kan bisa ngomong yang baik dan bukan seperti merintah orang! Nanti kita dibilang lancang kayak dulu. Cuma gara-gara baca komiknya aja, dia sampai marah besar, kunci pintu kamarnya, dan bilang aku lancang! Acak-acak kamarnya! Takutnya aku makan havermut dan telur juga buat dia marah!
"Herannya lagi, dia bilang, "Kamu terbiasa dilayani sih..."
"Aku langsung jawab, "Dilayani bagaimana? Kan aku guru, melayani publik, peserta didik. Biasanya dilayani seperti apa yang kau maksud?"
"Dia tidak bisa menjawab."
Persepsi "merasa diri benar dan orang lain selalu salah" seperti ada dalam diri Eli. Seakan tidak ada hal-hal yang baik dalam diri saudara-saudaranya yang laki-laki. Ini menurut pemandangan saya dari cerita Yudha.
Terkadang, atau mungkin malah kebanyakan dari kita melupakan budi baik orang lain yang segebung hanya gara-gara "setitik noda" keburukan. Lebih mudah mengingat (sampai berpulang) kejelekan orang lain daripada berbagai kebaikan dari insan tersebut.
Dan parahnya, lebih mudah mencaci daripada memuji. Saudaranya berbuat baik atau meraih prestasi, dia diam saja. Tidak ada pujian yang keluar dari mulut. Sewaktu saudaranya berbuat kesalahan, kritik membanjir dari lidah yang tak bertulang.
Tua itu Pasti, Dewasa itu Pilihan.