"Sudahlah! Dejavu, dejavu! Kamu nyesuaikan diri aja! Kamu kan lebih muda! Nurut aja sama Eli! Dia kakakmu!" Mira menyela ucapan Yudha.
"Apakah aku tidak punya hak menyuarakan pikiranku? Eli menetapkan jadwal yang dia dulu pernah langsung tempel di pintu kamar tanpa mendiskusikan denganku, dan sekarang dia melakukan hal yang sama lagi. Aku mau gak mau ya menuruti, karena aku tidak punya pilihan lain. Aku mau keluar dari sini, tapi keuanganku tidak mendukung untuk itu," Yudha memberi argumentasi.
"Lho, aku dulu sama Susan juga seperti ini. Susan langsung pasang jadwal bersih-bersih. Gak ada diskusi sama aku," Eli memberikan respons.
"Ya, tapi kan aku bukan Susan. Tidak bisa disamakan dong metode ini bisa bekerja untuk semua orang," bantah Yudha.
"Kita kan di sini numpang gratis, jadi kita jaga kebersihannya. Kamu juga harus ikut jaga kebersihannya," kata Eli.
"Memang. Tapi kan bisa dibicarakan dulu...," respons Yudha.
"Kan sudah kubicarakan," Eli menanggapi.
"Kamu langsung nyodorkan kertas yang sudah kamu buat dan suruh aku pilih pagi atau sore, awal atau tengah bulan, minggu satu-tiga atau dua-empat. Untuk kegiatan bersih-bersihnya kamu sudah tentukan tanpa bahas sama aku dulu," Yudha memberikan pemaparan.
Hening kembali.
"Ya udah, maumu apa, Dha?" tanya Eli.
Yudha berkata, "Kurasa aku gak mau ngomong apa-apa lagi. Kalau nanya mau apa, ya aku pengin keluar dari sini. Biarpun Eli ke Banjarmasin, aku juga tetap mau keluar," kata Yudha mantap.