Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ketika Tidak Ada yang Mau Mendengar, maka....

21 Oktober 2024   09:11 Diperbarui: 21 Oktober 2024   09:35 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Udah. Pasti kamu bisa pecahkan. Kecil itu. Tidak sebesar masalahku yang ...."

Bukannya mendengarkan, malah menganggap keluhan orang lain sebagai beban atau malah menganggap remeh dan kecil masalah sang teman. 

Ketika tak ada seorang pun yang mau mendengarkan, maka menulislah. Kebebasan untuk mengutarakan tanpa ada potongan atau selaan orang lain. Utarakan apa adanya, sebebasnya.

Kalau untuk konsumsi pribadi dalam artian tidak dipublikasikan, tuliskan seliar yang Anda mau. Karena toh untaian atau sumpah serapah dalam bentuk rentetan kata-kata hanya akan berlabuh secara pribadi di harddisk laptop, komputasi awan pribadi, atau buku jurnal harian. 

Tapi kalau pun mau disebarkan di media daring, memang harus hati-hati. Perlu bijak dalam menggunakan kata-kata. 

Tapi proses penuangan isi kepala plus isi hati sudah membuat lega, meskipun masalah masih tetap ada. Namun akan ada secercah cara tebersit setelah menuliskan. Itu pengalaman saya pribadi setelah menuangkan dalam bentuk tulisan. 

Salah satu keresahan saya saat ini adalah mengenai keuangan. Saya tidak tahu harus membagikan keresahan ini pada siapa. Punya saudara, tapi mereka bukan pendengar yang baik. 

Ada beberapa kenalan yang saya kira bijak, tapi saya masih ragu untuk mengungkapkan kegelisahan saya. Saya takut kecewa lagi. 

Menuliskan segala unek-unek. Hanya itu yang bisa saya lakukan. Dalam kesunyian, setiap kata terjalin menjadi kalimat, lalu kalimat terkumpul menjadi paragraf, kemudian paragraf bergerombol menjadi tulisan pelampiasan segala perasaan. 

Tulisan saya yang berjudul "Bermenung dalam Perjalanan" adalah kontemplasi yang mengejawantah menjadi kumpulan huruf yang bermakna.

Baca juga: Bermenung dalam Perjalanan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun