Mungkin setelah Anda membaca sampai sejauh ini, Anda masih tetap tidak percaya akan keampuhan menulis sebagai sarana pemecahan masalah.Â
Yah, tidak mengapa. Satu cara memang tidak mungkin cocok untuk semua permasalahan di muka bumi ini. Namun menulis ini bekerja dalam hidup saya. Ketika tidak ada yang bersedia mendengarkan saya; buku, laptop, dan smartphone mau menjadi "teman" yang setia "mendengarkan" di segala waktu dan tempat. Dan itu semua bisa dikatakan gratis, tanpa biaya. Berbeda jika Anda berkonsultasi kepada seorang psikolog, Anda harus mengeluarkan sejumlah uang untuk jasa konsultasi.Â
Apakah salah berkonsultasi kepada seorang psikolog? Itu hak setiap orang. Sah-sah saja. Demi kesehatan mental, tidak apa mengeluarkan sejumlah uang untuk berobat.
Tapi apa salahnya menggunakan metode menulis sebagai terapi? Karena hidup harus memilih. Ketika tidak ada yang mau mendengar, menulis bisa menjadi sahabat yang selalu setia "mendengarkan", bahkan bisa memberikan solusi, justru dari pikiran sendiri saat menuliskannya. Saya mengalami berulang kali dalam proses pengalaman menulis ini.Â
Jadi, ketika tidak ada yang mau mendengar, maka...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H