Dan seperti kita lihat dalam berbagai bacaan tersebut, bisa dikatakan tidak ada kata-kata "singkat cerita" dalam tulisan-tulisan tersebut.
Dari bacaan-bacaan tersebut, kita akan bisa melihat berbagai cara penceritaan yang tetap padat meskipun dengan kata-kata yang singkat. Kita bisa menerawang betapa efektifnya beberapa penulis, khususnya yang berprofesi sebagai novelis atau cerpenis, dalam "menyuarakan" pikiran mereka dalam untaian kata yang memikat.
Banyak membaca akan membuat kita bijak untuk menggunakan kata-kata yang memang perlu dan tidak boros dengan penggunaan "singkat cerita".
 2. Kembangkan kebiasaan menulis
Kalau orang mengatakan kesukaan akan membaca, sudah tidak mengherankan lagi. Lumrah. Tapi kalau ditanya mengenai korelasi dengan menulis, tentu saja sangat berkaitan erat. Bagaimana bisa lancar menulis jika jarang membaca?
Nah, persoalannya, kebanyakan orang benci menulis tanpa alasan. Sebagai contoh, ada seorang teman guru, L, yang nyata-nyata mengatakan tidak suka menulis!
Dengan banyak menulis, tentu saja ada langkah-langkah kepenulisan yang dipelajari secara beragam. Tapi yang pasti, pengulangan kata akan menunjukkan wawasan penulis yang 'mungkin' kurang dalam perbendaharaan kosakata. Atau bisa juga sang penulis tidak menyunting kembali tulisan dan membiarkan tulisan seperti apa adanya, padahal kemungkinan jelas pasti ada beberapa kesalahan di dalam tulisan awal, seperti typo atau kesalahan ketik; menghapus poin-poin yang dirasa kurang perlu dan menggantinya dengan yang baru; dan yang terlebih penting adalah menyortir kata-kata yang selalu berulang, khususnya kata-kata penghubung seperti dan, yang, lalu, kemudian, dan lain-lain. Pengulangan kata-kata tersebut, selain mengurangi estetika tulisan, juga membuat bosan pembaca jika terlalu banyak kata yang berulang dipakai dalam tulisan.Â
3. Latih kemampuan berbicara secara mandiri dan terarah
Terkadang kesibukan dalam hidup menjadi dalih tak sempat untuk mengembangkan diri. Memang tidak bisa disalahkan. Memenuhi kebutuhan hidup adalah keniscayaan, apalagi kalau sudah berkeluarga.
Namun kalau menyangkut komunikasi, kemampuan berbicara adalah komponen vital dalam kehidupan. Maka sangat penting diri mengembangkan kemampuan berbicara, apalagi profesinya berkaitan dengan kemampuan tersebut.
Sebagai contoh, sebagai guru, mau tidak mau, saya harus mengembangkan kemampuan berbicara khususnya di hadapan peserta didik, supaya materi pelajaran bisa tersampaikan dengan baik.
Oleh karena itu, dulu saya melatih diri dengan berbicara sendiri di dalam kamar.Â
"Lho, kok bicara sendiri di dalam kamar? Gak takut dibilang gila?"