Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Singkat Cerita

17 Oktober 2024   11:42 Diperbarui: 17 Oktober 2024   12:11 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkadang memakai istilah yang "terlihat" umum seperti mengenakan topeng yang sebenarnya tidak seperti yang dikatakan.

Seperti yang terlihat pada pengalaman saya di hari Selasa, 17 September 2024. Pada malam itu, R, salah seorang anggota di ibadah keluarga, seorang perempuan yang sudah tak terbilang muda, menyampaikan kesaksian tentang dirinya yang mendapat pekerjaan setelah ada sebulan dia menganggur setelah di-PHK.

Apakah salah kalau R bersaksi?

Tentu saja tidak ada yang salah dengan R. Malah bagus. Sudah seharusnya begitu. Bisa menjadi inspirasi bagi siapa pun yang mendengarnya bahwa usia tidak bisa menjadi penghalang untuk menggapai kesuksesan.

Sayangnya, ada "sesuatu" yang mengganggu di telinga saya. Entah bagaimana dengan anggota-anggota yang lain. Yang jelas, dua kata yang terlontar dari mulut R sangatlah mengganggu pendengaran saya dan "menggelitik" jari-jari tangan saya untuk menulis artikel ini, karena sebenarnya, bukan hanya R saja yang sangat "doyan" menggunakan dua kata ini dalam keseharian, tapi kebanyakan orang yang saya kenal menggunakan dua kata ini, khususnya saat menyampaikan pesan lisan di depan khalayak ramai, entah itu di momen upacara pengibaran bendera setiap hari Senin, waktu memberikan sambutan, atau seperti R, ketika memberikan kesaksian dalam ibadah.

Ya. "Singkat cerita" menjadi dua kata favorit yang menggambarkan bahwa sang pembicara ingin mempercepat proses penceritaan, namun kalau diucapkan berulang-ulang, sampai tiga atau empat kali dikumandangkan, tentu saja menjadi sesuatu yang aneh. Apakah memang cerita tersebut terlalu panjang sehingga harus menggunakan "singkat cerita" sampai lebih dari sekali?

Alasan bablas dalam "bercerita"

R dan beberapa teman melakukan secara lisan. Memang secara pribadi, saya pun terkadang ingin mempersingkat penyampaian saat berbicara di depan banyak orang, khususnya kalau mengutarakan cerita. Tapi kalau menggunakan "singkat cerita" berkali-kali, lebih dari dua kali, menurut saya, sangatlah kurang tepat dalam "memotong" cerita.

Dalam pengamatan, saya melihat kesan-kesan dari berbagai orang ini, khususnya saat bablas menceritakan "panjang kali lebar kali tinggi" sehingga terkesan membosankan dan pamer.

Apa saja yang menjadi sebab bablasnya cerita sehingga "singkat cerita" bertebaran di mana-mana?

Saya menarik 3 (tiga) alasan mengapa mereka sampai bablas dalam bercerita, sehingga "singkat cerita" bertaburan di beberapa bagian.

Pertama, Kecenderungan akan keinginan didengarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun