W tahu, untuk meraih impian sebagai seorang dokter, dia harus memperoleh nilai-nilai akademik yang memuaskan, di atas rata-rata, khususnya untuk beberapa mata pelajaran yang berhubungan dengan kedokteran seperti Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Berkat arahan dan penjabaran orangtua, W mengetahui tujuan dia bersekolah, belajar setingkat demi setingkat, dari SD, SMP, dan SMA, W fokus pada cita-citanya, belajar dengan giat, meraih prestasi di setiap jenjang kelas, sampai menunjukkan hasil gemilang saat Ujian Nasional (UN) SMP beberapa tahun yang lalu. W meraih nilai UN SMP tertinggi untuk area kota Samarinda saat itu.Â
W dan beberapa siswa-siswi berprestasi dalam UN tersebut mendapat beasiswa untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMA, dari pemerintah provinsi Kalimantan Timur. Dari berbagai opsi, W memilih SMA yang termasuk terdepan dalam kualitas yaitu sebuah SMA di Tangerang.
"Supaya nanti lebih mudah masuk Universitas Indonesia," kata W saat itu. Setelah lulus SMA, W diterima di UI, di Fakultas Kedokteran, Kabar terakhir, W meraih gelar sarjana kedokteran beberapa tahun yang lalu, Setelah itu, saya tidak mendapat kabar lagi tentang W. Tapi saya yakin, W sudah menjadi seorang dokter yang dia cita-citakan.
Bagaimana kalau anak ingin menjadi seorang atlet?
Banyak kesalahan paradigma di mata kebanyakan insan yang menganggap para atlet mengabaikan pendidikan.
Saya rasa pola pikir keliru tersebut harus diluruskan. Para atlet tersebut pastinya tetap memprioritaskan pendidikan, tapi memang pilihan menjadi olahragawan menjadi nomor satu karena selain menyukai olahraga tersebut, juga dapat berprestasi, menghasilkan uang, dan mengharumkan nama Indonesia di mata dunia
Tidak sedikit atlet yang menyelesaikan tingkat pendidikan sampai jenjang SMA. Bahkan ada beberapa yang sambil berkuliah dan meraih gelar sarjana.
Karena mereka kebanyakan menyadari kalau masa keemasan atlet itu singkat, sehingga mereka harus memikirkan masa depan sesudah pensiun dari profesi atlet.
Bagi mereka, bersekolah tetap penting supaya tetap bisa berkarya dan menghidupkan perekonomian keluarga setelah pensiun, entah itu sebagai aparatur sipil negara (ASN). atau berwiraswasta.
3. Paparkan lika-liku proses bersekolah dalam meraih cita-cita
Tidak ada jalan instan untuk mencapai kesuksesan. Harus melewati proses kehidupan yang berliku-liku dengan peluh bercucuran dan linangan air mata.