Setiap rentang usia mulai dari batita, balita, remaja, dan dewasa, berbeda dalam 'memandang dunia'.
Usia Sekolah Dasar (SD) lebih cenderung pada unsur bermain dan menyanyi. Tentu saja berbeda jika berhadapan dengan peserta didik jenjang SMP dan SMA/SMK.
Suster M memperlihatkan bahwa dia sangat memahami dunia anak usia dini. Dia menyesuaikan bahan ajar dengan menggunakan gambar-gambar yang menarik dan media audio visual lainnya. Tak lain dan tak bukan, M ingin peserta didik belajar secara menyenangkan.
Saya pun mempraktikkan dengan menggunakan gambar saat mengajar. Meskipun dengan bersusah payah menggambar secara manual karena keterbatasan dana dan tidak mempunyai laptop serta printer, saya tetap melakukannya.
Saya menggunakan gambar dan hasilnya bisa dibilang sangat memuaskan. Peserta didik antusias saat belajar. (Sayangnya, gambar-gambar yang saya buat dengan susah payah tersebut hilang karena saya sering berpindah rumah, jadi mungkin gambar-gambar itu ikut terbuang).
2. Pendidik harus menumbuhkan rasa ingin tahu pada peserta didik
Sekilas dari doeloe sampai sekarang, pendidikan di Indonesia terkesan hanya "menyuapi" materi pelajaran kepada peserta didik.
Ibarat peserta digambarkan seperti 'gelas kosong'. Para guru yang harus mengisi peserta didik dengan ilmu pengetahuan. Padahal seharusnya tidak seperti itu.
Pendidik seharusnya tidak sekadar menyampaikan materi ajar, namun juga mendorong peserta didik untuk mencari tahu sendiri tentang sesuatu hal dalam proses belajar mengajar.
Rasa ingin tahu seakan lenyap dalam diri kebanyakan peserta didik.
Suster M menumbuhkan rasa ingin tahu kepada peserta didik, saya dan kawan-kawan, dengan gambar tertutup dan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan gambar tersebut.
Kalau salah menerka tidak ada omelan. Kalau benar menebak, muncul pujian.