Bukan berarti guru-guru dan dosen-dosen lainnya tidak meninggalkan jejak dalam diri saya. Saya tetap menghormati dan menghargai segala jerih lelah para guru dan dosen yang telah mendidik saya dan kawan-kawan, namun pribadi ini mendapat tempat yang sangat istimewa di hati saya.
Siapa insan yang sangat berjasa dalam hidup saya?
Waktu masih berstatus murid Sekolah Dasar (SD), di antara guru-guru, ada seorang guru yang unik. Lain dari yang lain.
Yang membuatnya berbeda pada pandangan pertama adalah ternyata yang mengajar agama Katolik (saya bersekolah di SD Katolik dulu) adalah suster dari luar negeri.
Beliau adalah Suster M. Kalau tidak salah, beliau berasal dari Jerman.
Mata biru, rambut pirang yang terlihat menyempil dari penutup kepala, dan kulit yang putih menyala. Dan terlebih lagi, aksen khas terdengar mempengaruhi pengucapannya, namun bahasa Indonesianya sempurna. Tanpa cela.
Setelah penampilan yang berbeda, saya dan teman-teman (yang mungkin di kelas tiga atau empat SD. Saya lupa persisnya) mendapati fakta yang juga berbeda.
Guru-guru lain umumnya masuk ke kelas, mengucapkan basa-basi 'selamat pagi', dan langsung masuk ke materi pelajaran.
Suster M berbeda. Malah terkesan dia bercerita. Menceritakan tokoh-tokoh yang ada di Alkitab. Tapi sebelum itu, dia membawa sebuah gambar, sekitar seukuran lukisan besar, dalam posisi terbalik, sehingga kami, murid-murid, tidak tahu gambar apa itu.
Waktu ada beberapa murid yang mencoba untuk melihat, Suster M langsung meletakkan gambar di belakang meja guru, menutupi gambar tersebut. "Nanti kalian tahu apa gambarnya setelah suster cerita," katanya dengan sabar seraya tersenyum. Mungkin geli melihat keingintahuan yang besar dari murid-muridnya.
Menceritakan tentang tokoh-tokoh dalam Alkitab seperti Adam dan Hawa, Nabi Musa, Nabi Nuh, Daud, sampai Tuhan Yesus Kristus, dan masih dibarengi berbagai pertanyaan mengenai apa yang terjadi setelah suatu kejadian yang berhubungan dengan gambar tertutup, M mengajak murid-muridnya untuk berpikir kritis dan kreatif.Â