Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Les Privat, antara Ada dan Tiada

19 November 2023   17:12 Diperbarui: 20 November 2023   00:23 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bertahun-tahun mengajar les privat, ada beberapa masalah menghadang, tapi tidak seperti tahun 2023 saat ini.

Saya mendapati pengalaman les privat yang berkali-kali harus batal, khususnya dari murid les privat setingkat SMP dan SMA/SMK.

Saya sudah menyinggung sedikit perihal pembatalan les privat ini di artikel sebelumnya yang berjudul "Menyoal Kerja Kelompok".

Beberapa orangtua murid les membatalkan les privat berkali-kali lewat pesan WhatsApp (WA) dengan berbagai alasan. Tentu saja satu atau dua kali batal les tidak menjadi soal, tapi kalau sudah berkali-kali, bahkan yang sudah seharusnya tercapai delapan kali pertemuan dalam sebulan, tapi malah baru tiga kali pertemuan yang terwujud, yah jadi jengkel juga! 

Saya jadi teringat dengan seorang murid les privat saya di masa lampau, G, peserta didik di salah satu SMP swasta di Samarinda.

Ihwal saya mendapat G sebagai murid les privat waktu itu adalah karena salah seorang teman yang juga berprofesi sebagai guru les privat, T, sudah jengkel dengan kelakuan G dan orangtuanya.

"Masa banyak izinnya. Malah sering aku sudah datang, sudah di depan pintu rumahnya, eh mamanya baru bilang tidak les malam itu, karena G ulangan mata pelajaran lain besok pagi.

"Lah, apa susahnya telepon atau sms sih? Aku sudah buang waktu dan tenaga di jalan, sudah menyediakan waktu les untuk anaknya. Aku tidak dihargai sama sekali!

"Padahal SMP swasta yang dimasukinya cukup bagus. Sekolahnya sudah memberikan jadwal ulangan harian setiap mata pelajaran, jadwal ulangan tengah semester, dan jadwal ujian akhir semester untuk setahun! Dua semester full!

"Seharusnya G bisa membagi waktu belajar dengan baik..."

T pun merekomendasikan saya ke orangtua G. Murid les pun berpindah bimbingan. Saya menjadi guru les privat bahasa Inggris untuk G.

Awalnya terlihat baik-baik saja. Lancar jaya. Les privat berjalan normal satu-dua minggu.

Setelah itu?

Yah, penyakit lama kambuh kembali. Sering izin karena alasan-alasan yang persis sama seperti T alami. Delapan kali pertemuan ditempuh dalam dua bulan. Bahkan pernah delapan kali pertemuan berhasil diperoleh dalam tiga bulan! Hebat gak tuh!

Saya sudah memberikan kritik dan saran secara lisan, langsung ke orangtua G. Harapan saya, mereka mengerti kalau mereka sudah membuat saya rugi banyak.

Rugi waktu menyisihkan jadwal les untuk G.

Rugi biaya transportasi, karena mereka sering bilang tidak les ketika saya sudah di depan pintu rumah mereka.

Rugi tenaga, sebab saya telah menyiapkan materi ajar untuk les privat G.

Pada akhirnya, saya memutuskan untuk berhenti mengajar G, karena saya mendapat murid les yang baru. Untuk apa mempertahankan murid les yang tidak serius dan tidak berkomitmen untuk belajar dengan rajin? 

Bayangan delapan pertemuan dalam tiga bulan merupa kembali di tahun 2023 ini dengan berbagai alasan yang lebih variatif karena kondisi yang beragam.

Apa saja alasan-alasan tidak les di zaman now? Berikut 4 (empat) alasan yang dihimpun dari survei tidak resmi versi saya:

1. Ada kerja kelompok di sekolah

Ini mengambil porsi persentase tertinggi dari alasan tidak les saat ini.

Yah, mau bagaimana lagi kalau ada kerja kelompok yang menghalangi?

Saya menyoal kerja kelompok yang menjadi andalan sebagai metode pembelajaran dari beberapa guru belakangan ini karena terjadi hampir setiap hari.

Orangtua murid les mengeluh, tapi mereka tidak berbuat apa-apa. Istilahnya, mereka tidak bisa berbuat apa-apa, karena kerja kelompok itu tugas sekolah, wajib untuk dilaksanakan.

Les privat? Yah, cuma 'tambahan' saja. Bukan keharusan.

2. Sakit

Bisa dibilang, ini adalah imbas dari 'kejar tayang' kerja kelompok. Kelelahan akut, ditambah cuaca panas yang ekstrem, belum lagi pola makan yang 'sembarangan' di siang hari,  semua menjadi satu, menyebabkan sakit badani.

Peserta didik sibuk dari pagi sampai sore dan akibatnya mereka sakit.

3. Capek

Yah, kadang tingkat 'capek' itu susah untuk dilihat secara kasatmata. Maka kalau orangtua murid les beralasan putra-putri capek setelah beraktivitas seharian, saya pun tidak bisa berkata apa-apa.

Les batal lagi karena alasan capek entah sudah berapa kali.

4. Tidak diberitahu alasannya

Nah, kalau yang ini tetap menjadi misteri kenapa tidak bisa les. Padahal hari Sabtu. Tidak sekolah dan les cuma butuh waktu dua jam. Masih tersisa 22 jam untuk kegiatan bebas lainnya.

Menurut saya, hanya ada dua alasan yang mendasari. Memang capek atau malas. Berdasarkan penerawangan saya, malas adalah alasannya.

Bagaimana guru les privat menyikapi?

Ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga; pandemi covid-19 sempat membuat keuangan guru les porak-poranda; setelah pandemi usai, masalah lain muncul berupa menjamurnya "batal les".

Lalu, apa yang guru les privat lakukan? Bagaimana guru les privat menyikapi batalnya les yang mengakibatkan pendapatan menurun?

Tetap berpikir tenang, minta tuntunan Tuhan dalam menghadapi badai kehidupan, dan tetap berusaha mencari pemecahan masalah untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Para rekan guru les, kiranya 5 (lima) cara berikut bisa menjadi solusi bagi Anda untuk menambah penghasilan.

Kita kupas satu per satu.

1. Mempromosikan jasa les privat secara luring

Bisa dibilang cara promosi ini jadoel banget, tapi tetap powerful meskipun di era teknologi canggih saat ini.

Dan, kemungkinan untuk closing, mendapat murid les privat, lebih besar, karena calon prospek yaitu orangtua murid, mendengarkan "presentasi" langsung yang mungkin tanpa disengaja bertemu dalam suatu kondisi atau acara, misalnya saat membayar pajak kendaraan bermotor di Samsat; sedang berada di resepsi pernikahan; menunggu panggilan dokter di Puskesmas, dan lain-lain.

Kartu nama, brosur, dan media lain bisa menjadi alat bantu promosi yang tetap efektif karena ada juga beberapa orang yang perlu mempertimbangkan cukup lama perihal perlu atau tidaknya les privat bagi anak-anak mereka.

Luar jaringan tetap bisa diandalkan.

2. Mempromosikan jasa les privat secara daring

Gawai seperti ponsel pintar bukan lagi barang mewah seperti beberapa tahun yang lalu. Bisa dipastikan setiap orang dewasa mempunyai smartphone dan hampir dipastikan setiap individu membawanya kemana saja.

Otomatis, mempromosikan jasa les privat secara dalam jaringan atau daring, merupakan suatu keharusan di zaman ini.

Selain bisa menjangkau lebih banyak orang yang belum dikenal, juga untuk lebih mempercepat mendapat murid les privat yang baru.

Beberapa cara untuk mempromosikan jasa les secara daring yang bisa ditempuh yaitu:

a. Promosi lewat blog pribadi

Blog, baik itu gratis atau berbayar, bisa menjadi alat promosi yang efektif, karena selain bisa menyampaikan kemampuan sang guru les secara nyata, juga untuk meyakinkan calon orangtua murid.

Saya mempunyai beberapa blog gratis dari blogspot yang membahas tentang pembelajaran bahasa Inggris.

Anda pun bisa melakukan hal yang sama: menulis di blog untuk mengenalkan jasa les privat Anda ke masyarakat umum.

b. Promosi lewat Kompasiana

Sebagai blog jurnalisme warga, Kompasiana mempunyai daya tarik yang luar biasa untuk menjangkau banyak lapisan masyarakat.

Secara pribadi, saya merasa sangat terdorong untuk terus menulis di Kompasiana, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa Inggris, karena ternyata ada beberapa kompasianer yang menilai tulisan-tulisan saya bermanfaat.

Imbasnya, bisa jadi ada beberapa orangtua yang ingin saya mengajar les putra-putri mereka, karena membaca artikel saya di Kompasiana.

Anda pun bisa melakukan hal yang sama. Tunjukkan kemampuan, kompetensi Anda lewat tulisan di Kompasiana, supaya orangtua yang mempunyai putra-putri yang memang sedang mencari guru les bisa menentukan pilihan yaitu memilih Anda menjadi guru les privat putra-putri tercinta.

c. Promosi melalui media sosial

Media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok, dan lain sebagainya tentu saja bukan hal yang asing di zaman ini.

Sudah banyak orang yang memanfaatkan media sosial untuk berbisnis, berjualan, di luar dari fungsi awalnya yaitu untuk menjalin komunikasi antar sesama secara daring.

Yah, daripada scroll-scroll lini masa akun medsos mantan atau sekadar kepo tentang beberapa berita yang tidak jelas di sosmed, kenapa tidak mempromosikan jasa les privat di media sosial? 

d. Mengenalkan jasa les privat lewat FB Ads

Mau mendapat prospek yang tertarget? Menggunakan FB Ads adalah jawabannya.

Dengan adanya beragam fitur di iklan FB, akurasi target untuk menyasar orangtua yang mempunyai anak-anak yang masih bersekolah di SD, SMP, dan SMA/SMK sangatlah besar.

Oleh karena itu, jika Anda tidak mencobanya, Anda rugi besar! Daripada mengeluh tentang batalnya les, lebih baik mulai beriklan untuk mendapatkan murid les privat yang baru dan yang berkomitmen untuk rajin belajar.

3. Membuat E-course (electronic course)

Les privat secara luring mengalami kendala, kenapa tidak mengambil peluang membuat electronic course (e-course) dan menjualnya ke khalayak ramai?

Buat sekali, jual berkali-kali.

Anda bisa membuat e-course hanya bermodal smartphone untuk membuat video-videonya. Gunakan saja alat yang ada. Nanti kalau sudah menghasilkan baru melengkapi perlengkapan rekaman.

Saya belum berencana untuk membuat e-course karena aktivitas yang cukup padat. Namun ada arah kesana di masa depan karena saya sudah membuat beberapa video tentang pembelajaran bahasa Inggris dan mengunggahnya di YouTube, dan respons dari netizen cukup baik.

Rencananya memang saya akan membuat e-course di waktu mendatang. E-course tentang pembelajaran bahasa Inggris. Mudah- mudahan bisa terlaksana.

Yah, sementara meletakkan video-video pembelajaran bahasa Inggris dengan tema-tema tunggal di YouTube. Berikut contoh-contohnya:

4. Berbisnis online

Daripada menggunakan smartphone hanya untuk hiburan semata, kenapa tidak. memakainya untuk berbisnis online?

Ada banyak cara dalam berbisnis online. Selain reseller, ada juga istilah dropshipper yang tidak perlu stok barang, hanya cukup mempromosikan produk supplier lewat media sosial.

Tidak tahu bagaimana berbisnis online? Jangan khawatir.

Ada banyak kursus online, e-course, yang bisa Anda ikuti. Anda bisa belajar dimana pun dan kapan pun.

Saya sendiri sudah berbisnis online cukup lama. Meskipun saya belum mendapatkan hasil seperti yang saya harapkan, namun saya terus berusaha. Belajar dari kesalahan dan tetap semangat.

5. Menjadi YouTuber

Daripada sekadar menjadi penonton YouTube, mengapa tidak menyumbangkan kontribusi video-video yang bermanfaat kepada warga dunia?

Beberapa orang berhasil menjadi YouTuber dengan penghasilan yang wow. Dengan bermodal smartphone sekali pun, kita tetap bisa berkarya, membuat video dengan perlengkapan seadanya

Saya sendiri tidak terlalu berharap mendapat penghasilan yang wah dari YouTube karena untuk mencapai standar "dapat cuan" dari YouTube, syarat 'minimal' yang harus akun YouTube penuhi adalah sudah menggapai 1000 (seribu) subscriber dan 4000 jam tayang.

Memang, sekarang ada syarat-syarat YouTube terbaru yang lebih ringan di kategori lain, namun menurut saya, tetap berat untuk memenuhinya, Meskipun begitu, saya tetap berusaha menghasilkan video-video gitaran dan pembelajaran bahasa Inggris, walaupun tidak setiap hari. Di kala sempat saja.

Berikut beberapa video gitaran karya saya.

Hidup itu berat, kawan...

Yah, memang demikian adanya. Hidup itu berat. Les privat, kalau hanya melakoni itu saja, tidak akan cukup pendapatan untuk hidup sebulan.

Les privat, antara ada dan tiada. Ibarat sakelar lampu. Kadang on, kadang off. Tidak ada kepastian.

Oleh karena itu, mengandalkan les privat saja tidak akan cukup untuk kehidupan sehari-hari. Harus memutar otak untuk mencari penghasilan tambahan, atau syukur-syukur menjadi profesi utama, kalau sekiranya profesi tersebut memberikan pendapatan berkali-kali lipat lebih banyak dibandingkan menjadi seorang guru les privat.

Yang pasti, tetap semangat. Lima langkah sebelumnya kiranya bisa memberikan pencerahan bagi rekan-rekan guru les bahwa batalnya les bukanlah penghambat untuk mendapatkan pemasukan. Justru, hal itu bisa menjadi pemicu untuk mencari peluang mendulang rezeki dengan melihat sekeliling.

Banyak peluang di sekitar kita.

Yakin dan percaya, sukses akan tiba bagi orang yang terus berdoa dan berusaha, demi keluarga tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun