Panggilan "Koh" atau "Koko" menjadi panggilan "resmi" yang saya dengar di beberapa bank yang pernah saya masuki, dalam hal ini Bank Central Asia (BCA), karena saya banyak bertransaksi di bank ini.
Wah, saya merasa muda, karena bisa dikatakan jarang ada orang yang memanggil saya "Koh" atau "Koko" sebelumnya, kecuali beberapa teman yang juga suku Tionghoa yang lebih muda dari saya.
Gara-gara Ahok, beberapa kenalan mulai memanggil saya "Koh", "Koh Anton" dan "Koko". Berasa muda kembali, padahal usia sudah terbilang tua. Uban-uban yang menyemak di kepala sudah menjadi bukti usia sudah tak muda lagi. Kerutan kerutan di seputar mata dan tangan sudah menyatakan umur yang sudah bangkotan.
Yah, tubuh bisa saja menurun secara fisik dan stamina, namun panggilan "Engkoh ", "Koh", "Koh Anton", menjadi semacam doa dan dorongan bagi saya untuk tetap beraktivitas, karena seperti ada beberapa orang yang pernah menulis di medsos dan di mari, yaitu "Umur hanya sebatas angka".
Jangan sampai merasa diri sudah tua dan tidak bisa apa-apa lagi. Prinsip saya, selama hayat masih dikandung badan, tetap bergerak, berolahraga dan berpikir positif.Â
Jadi, selain berolahraga dan berpikir positif, gara-gara Ahok, saya dobel awet muda karena panggilan "Koh" tadi.
Gara-gara Ahok, saya jadi "muda" kembali.
Kamsia, Koh Ahok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H