Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru yang Tidak Suka Sekolah

12 Februari 2022   12:10 Diperbarui: 15 Februari 2022   03:40 931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru (KOMPAS.COM/Ihsanuddin)

"Waktu bapak ceritakan di depan kelas, tidak ada foto-foto Bapak waktu di sana?" tanya saya.

"Tidak ada," jawabnya singkat.

Di saat lain, ketika Pak Adi melihat saya sibuk mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), beliau malah mengatakan, "Saya tidak perlu mempersiapkan RPP. Ilmu sudah di otak karena sudah bertahun-tahun mengajar," Adi menunjuk dahi dengan telunjuk kanannya," Jangan dibodohi kerjaan, Pak Anton."

Contoh yang ketiga, Santi, sebut saja begitu, seorang kenalan yang berprofesi sebagai guru Taman Kanak-kanak (TK) di salah satu TK Negeri di Samarinda. Sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau yang sekarang disebut Aparatur Sipil Negara (ASN), pengabdiannya sudah tidak diragukan lagi.

Sayangnya, pernyataannya membuyarkan semua pengalaman itu

Beliau berkata, "Ngajar rajin dan malas sama saja. Gaji tetap sama. Yang dilihat itu masa kerja, bukan kinerja, kalau bicara tentang kenaikan gaji dan tunjangan."

Yang keempat, Surti (nama samaran), seorang kenalan yang "memalsukan" terhitung masa tugas (TMT). Masa kerjanya yang cuma baru seumur tiga tahun, dia "sulap" menjadi tujuh tahun di SK Awal!

Saya tidak mengajar di sekolah yang sama dengan Surti. Saya mengetahui tentang "sepak terjang" Surti dari salah seorang teman, sebut saja David, yang merasa diperlakukan tidak adil.

"Masa aku yang masuk tahun 2003 cuma dimajukan setahun jadi 2002, sedangkan Surti yang masuknya di tahun 2006 dituakan empat tahun ke 2002, sama dengan aku! Di mana keadilannya?" gerutu David di tahun 2009 lalu, dimana lagi marak pemberkasan guru honorer yang dijanjikan akan diangkat menjadi PNS.

Karena merasa diperlakukan tidak adil, David memutuskan resign sebagai guru honorer di SD Negeri tersebut. Surti, di lain sisi, tetap bertahan, meskipun sempat ketahuan akan" keaslian" SK yang sebenarnya palsu, namun akhirnya tetap diangkat menjadi PNS. 

Dasar pertimbangan? Entahlah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun