Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Lagu yang Tak Pernah Usai

23 Agustus 2020   13:03 Diperbarui: 23 Agustus 2020   13:02 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pixabay.com/harutmovsisyan

Dengan ini bapak titip video cara memainkan lagu sedih itu. Sudah bapak persiapkan jauh-jauh hari. Bambang membantu bapak merekamnya. Semoga kamu bisa memainkannya dengan baik. Mudah-mudahan kita bisa bertemu lagi ya.

Doni pun melanjutkan latihan. Berlatih memainkan lagu sedih tersebut dengan bantuan video Pak Han. Lagu yang sebenarnya tak pernah usai, karena Pak Han menciptakan lagu ini untuk istri dan dua anak lelakinya yang meninggal saat kecelakaan lalu lintas bersamanya dulu.

Lagu ini belum selesai, seperti yang Pak Han bilang di video. Makanya dia selalu menolak mengajarkan pada Doni. Namun, Pak Han kemudian sadar kalau lagu ini, meskipun belum usai tercipta, mungkin bisa memberikan inspirasi kepada orang lain seandainya Doni juga bisa memainkan lagu yang belum selesai ini.

Inspirasi bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga di muka bumi ini. 

“Ingat keluargamu, Don. Ingat ayah dan ibumu. Kamu harus rajin belajar. Selesaikan kuliahmu dengan gemilang. Jika timbul rasa malas, mainkan lagu ini. Lagu ini mengingatkan bapak kalau hidup di bumi ini hanya sementara. Dengan memainkan lagu ini, bapak tetap berjuang, sambil menunggu saat bapak tiba.

"Mainkan lagu ini, sambil membayangkan ayah dan ibu. Niscaya, rajin akan muncul dan malas lenyap dari kamus kehidupanmu.”

Begitulah kata-kata penutup Pak Han di video.

P.S. Cerita pendek ini hanya rekaan belaka. Kalau ada kesamaan cerita dengan Anda, itu cuma kebetulan saja. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun