Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Lagu yang Tak Pernah Usai

23 Agustus 2020   13:03 Diperbarui: 23 Agustus 2020   13:02 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pixabay.com/harutmovsisyan

Sebuah kamar yang apa adanya. Lemari pakaian dua pintu dengan isi hanya beberapa pakaian. Tiga piring plastik. Tiga sendok. Tiga garpu. Tak ketinggalan, sebuah mangkuk plastik untuk makanan berkuah seperti sup, mi kuah, atau yang lainnya.

Beberapa kali Doni membawakan makanan untuk Pak Han. Tapi, meskipun sudah agak sedikit terbuka daripada waktu pertama kali berkenalan, Pak Handoko tetap tidak pernah sedikit pun membicarakan atau membahas tentang keluarganya.

Yang dia bahas hanya seputar main gitar, bagaimana dia dulu sempat belajar gitar di kursus dan juga menjadi guru gitar di beberapa sekolah untuk mengajar gitar di ekstrakurikuler gitar. Semua itu berlangsung sebelum dia buta. Dia menjadi buta karena faktor kecelakaan sepeda motor. Hantaman yang keras pada kepala di dekat mata menimbulkan efek yang tak terkira. Perlahan penglihatannya sirna.

Pak Han berbaik hati mengajarkan beberapa lagu dengan aransemen fingerstyle pada Doni. “Kamu sudah baik sama bapak, Don. Sudah bawain banyak makanan. Anggap aja ini balas jasa atas kebaikanmu,” kata beliau saat menolak uang pemberian Doni yang Doni katakan sebagai uang les.

Perlahan. Doni mulai bisa memainkan lagu dengan cara fingerstyle seperti yang dia idam-idamkan. “Kangen” dan “You are The Reason” adalah dua di antaranya.


Namun, sebenarnya Doni sangat ingin memainkan sebuah lagu sedih yang selalu dimainkan Pak Handoko. Lagu tersebut dimainkan dengan sempurna dan menimbulkan haru di dada. Namun, apabila Doni memohon untuk diajarkan lagu tersebut, Pak Handoko selalu menolak.

“Bapak tak bisa mengajarkannya padamu, Don.”

“Kenapa tidak bisa, Pak?”

“Bapak tidak bisa mengatakan alasannya sekarang. Mungkin nanti bapak katakan.”

Doni pun tak mendesak. Dia tetap belajar pada Pak Han, memainkan lagu-lagu yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun