Jadi, kalau menganggap “semua anak bungsu itu manja, tidak mandiri, apapun yang mereka minta dituruti, tentu saja itu opini yang keliru.
Perlakuan tidak pantas dari kebanyakan kakak adalah menyuruh-nyuruh sang adik bungsu seakan-akan pesuruh yang harus menurut tanpa protes.
“Enak. Bisa disuruh-suruh si Fandi sekarang,” kata Mawar (nama samaran), menceritakan adik bungsunya, Fandi (bukan nama sebenarnya) yang selisih umurnya jauh dengan Mawar dan masih bersekolah di salah satu SD, di kelas lima, sedangkan Mawar sudah bekerja di salah satu perusahaan swasta.
Menyuruh adik bungsu untuk melakukan sesuatu sebenarnya sah-sah saja, tapi harus tetap menggunakan etika.
“Sebenarnya tidak masalah kalau Kak Lusi menyuruh saya. Cuma terkadang dia menyuruh saya tanpa menimbang saya sibuk atau tidak waktu itu.
“Misalnya, saat saya sedang menulis artikel di smartphone karena laptop rusak, Kak Lusi menyuruh saya, ‘Don, sini, potong wortel. Daripada kamu nongkrong aja. Gak ngapa-ngapain.’
“Angkat ini, bawakan itu. Dia kira, saya main game saat pegang smartphone. Padahal saya lagi nulis artikel dan jualan online untuk cari duit!” pungkas Doni.
“Seandainya ada kata ‘Tolong’ atau ‘Maaf, Don. Kamu lagi sibuk?’, saya pasti akan melakukan suruhan tanpa mengomel,” tambah Doni lagi.
2. Si Adik Bungsu ingin membuktikan kalau dia bisa mandiri dan tidak manja seperti anggapan sang kakak
Doni dan beberapa kenalan yang berstatus “anak bungsu” menyuarakan hal yang sama.
Mereka ingin membuktikan kalau mereka bisa mandiri dan tidak manja seperti anggapan kakak-kakak mereka.
Makanya, mereka memutuskan untuk indekos, hidup terpisah dari para kakak. Mereka ingin memperlihatkan kepada keluarga besar kalau mereka bisa mandiri dan tidak manja.