“Oleh karena itu, saya memilih indekos daripada tinggal serumah dengan saudara, paman, bibi, atau famili. Lebih bebas. Tidak serba salah. Tidak dianggap menumpang gratis,” Doni mengakhiri alasan mengapa dia tidak mau tinggal serumah dengan sang kakak.
Dari berbagai kenalan yang mempunyai pengalaman serupa, saya menganalisa mengenai alasan kenapa sang adik bungsu tidak mau tinggal serumah dengan sang kakak.
Saya menyimpulkan, ada tiga alasan kenapa sang adik bungsu tidak mau tinggal serumah dengan sang kakak.
1. Si Adik Bungsu merasa dia terus diperlakukan sebagai pesuruh, anak manja, dan tidak mandiri oleh si kakak
Stigma “anak manja” dan “bisa disuruh-suruh” melekat di benak kebanyakan orang.
Padahal, tidak semua anak bungsu itu manja dan tidak mandiri.
Doni, sebagai contoh.
Dia tidak seberuntung kebanyakan anak bungsu lainnya yang bisa bermanja-manja pada orangtua. Dia tidak bisa meminta apapun yang menjadi keinginannya pada ayah dan ibu.
Keluarga besar. Sembilan anak dalam keluarga. Tentu saja, butuh biaya besar untuk menghidupi keluarga besar seperti ini.
Tapi, yang lebih membuat Doni sangat berbeda dibanding anak bungsu yang lain adalah sejak SMP, keluarganya hidup susah, karena usaha sang ayah bangkrut.
Akibatnya, semua aset, berupa tanah dan rumah terpaksa “direlakan” terlepas dari genggaman untuk melunasi hutang pinjaman dari bank.
Pindah dari satu rumah kontrakan ke rumah kontrakan berikut; makan seadanya dengan tempe, tahu, mie instan, dan lain-lain; dua kali berpindah angkot ke sekolah dan begitu juga sebaliknya, dari sekolah ke rumah; dan masih banyak lagi ketidaknyamanan lainnya yang dia hadapi.