Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kenapa Guru Baru Kirim Rangkuman Pelajaran Tiga Hari Sebelum Ujian Semester Online?

2 Juni 2020   16:39 Diperbarui: 2 Juni 2020   16:36 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak belajar(shutterstock via kompas.com)

"Kenapa gurunya baru kirim rangkuman pas mau mepet ujian begini?"

Saya tidak habis pikir. Begitu juga dengan kenalan saya, sebut saja Bu Luna, yang juga ikut mengomel. 

Saya sudah mengajar anak Bu Luna, Ronald (bukan nama sebenarnya) dari kelas dua SD. Sekarang Ronald sudah di kelas lima. Berarti hampir empat tahun saya mengajar dia. Les privat beberapa mata pelajaran. Bukan hanya bahasa Inggris. 

Ronald bersekolah di sekolah swasta @nomention yang cukup bagus, baik dari segi kualitas gedung, sarana prasarana, tenaga pengajar, dan fasilitas penunjang lainnya. 

Guru adalah garda terdepan dalam mencapai hasil pendidikan yang gilang gemilang. Sayangnya dan juga herannya, selama saya mengajar Ronald, selama itu juga saya heran dengan kebiasaan guru-guru yang mengajar anak ini. 

Kebiasaan guru-guru Ronald di sekolah dari kelas dua sampai kelas lima sekarang adalah memberikan rangkuman sebelum ujian, baik itu untuk ujian tengah semester, maupun ujian akhir semester. 

Sebetulnya, tujuannya bagus. Sayangnya, yang menjadi masalah adalah para guru tersebut menyerahkan rangkuman di saat beberapa hari menjelang ujian. Kali ini, di masa pandemi, malah tiga hari sebelum ujian. 

Bukan hanya di sekolah swasta. Beberapa murid les saya yang bersekolah di sekolah negeri juga mendapat pengalaman yang sama.

Yang menjadi permasalahan adalah sama, yaitu guru memberikan rangkuman atau ringkasan pelajaran yang sangat mepet dengan ujian semester. 

Apa penyebabnya?

Saya berusaha menerawang dari sisi sekolah dan guru.

Kenapa guru memberikan rangkuman kepada murid? 

Dari hasil pemikiran, saya menyimpulkan, mungkin penyebabnya adalah sebagai berikut :

1. Kebiasaan memberikan rangkuman yang sudah mengakar dan membudaya

Saya melihat, kebiasaan memberikan rangkuman di sekolah Ronald dan beberapa sekolah lainnya seperti sudah mengakar dan membudaya dari tahun ke tahun.

Tiap menjelang ujian semester, selalu diberikan rangkuman ke murid. Rangkuman tersebut berasal dari guru. 

Itu membuat saya membandingkan dengan saat dulu waktu saya masih bersekolah di SD, SMP, dan SMA. Para guru menyuruh saya dan teman-teman untuk merangkum pelajaran dari buku paket ke buku tulis.

Apakah sekarang, dengan adanya internet dan gawai, meminta peserta didik menulis rangkuman terkesan tidak ada gunanya dan buang-buang waktu saja? 

Mudah-mudahan taksiran saya salah. 

Yang jelas, bagi saya, guru membuatkan rangkuman untuk murid, menyebabkan murid malas membaca buku paket, LKS, dan catatan. Terbukti pada beberapa murid les saya yang masih belajar dengan saya di saat pandemi ini, karena jarak rumah mereka dengan saya dekat. Perjalanan cuma beberapa menit dan kebetulan cuma satu murid untuk satu rumah. 

"Di hari-hari biasa, Ronald gak mau belajar. Dia nunggu rangkuman dari guru-gurunya," kata Bu Luna jengkel, karena anaknya malas belajar, tidak mau membaca buku-buku pelajarannya.

Terkesan guru "memanjakan" peserta didik. Tapi kenapa guru memberikan rangkuman? Penyebab kedua mungkin menjadi alasan kuat lainnya. 

2. Bahan ujian yang sangat banyak

Saya geleng-geleng kepala melihat jadwal ujian semester dua online kepunyaan Ronald.

Kelas lima 

Hari pertama  : Tema 8 dan Pendidikan Agama

Hari kedua     : Tema 9 dan Bahasa Inggris

Hari ketiga     : PJOK dan Komputer 

Hari keempat : Matematika 

Totalnya ada 7 (tujuh) mata pelajaran yang harus ditempuh dalam 4 (empat) hari.

Jadwalnya sih biasa. Yang membuat saya geleng-geleng kepala adalah materi untuk setiap mata pelajaran bukan main banyaknya.

Misalnya tema 8 ada dua buku, yaitu Buku paket dan LKS. Di dalamnya ada berbagai subtema lagi, dan seterusnya. 

Kalau tidak ada rangkuman, pasti pusing kepala saat belajar. Bukan hanya peserta didik, tapi orangtua dan guru les seperti saya juga ikut pusing untuk merangkum apa saja yang penting di tema 8 tadi.

Mungkin karena terbatasnya waktu untuk memberikan rangkuman ke peserta didik di saat pandemi ini, sebab guru harus tetap membimbing secara daring, mengoreksi tugas peserta didik, dan mengerjakan seabrek tugas administrasi sekolah.

Akibatnya? Ya itu. Rangkuman untuk tema 8 dan pendidikan agama diberikan tiga hari sebelum ujian semester 2 online. Yang lainnya? Menyusul.

Apakah ini gara-gara covid-19? Tidak juga, karena... 

3. Kebiasaan memberikan rangkuman di beberapa hari sebelum ujian semester di masa prapandemi

Nah, kebiasaan memberikan rangkuman mendekati deadline ujian memang sudah terjadi sebelum pandemi covid-19.

Para guru Ronald memberikan rangkuman seminggu, atau bahkan pernah dua atau tiga hari sebelum ujian di masa prapandemi covid-19.

Ternyata tetap berlanjut di masa pandemi. Tetap terlambat memberikan. Mepet ujian.

Saran saya...

Secara pribadi, saya minta maaf kalau ada di antara Anda yang berprofesi sebagai guru.

Saya mengerti kesulitan Anda, baik sebelum maupun saat pandemi covid-19 ini. Bukan bermaksud menyerang pribadi, tapi saya hanya memberikan masukan, saran, karena tujuan kita sama. Ingin peserta didik sukses dalam pendidikan dan kehidupan, baik sekarang maupun seterusnya. 

Mungkin juga Anda salah satu orangtua atau wali murid yang menerima dampak dari kepusingan mendidik dan sekaligus mengajar anak tersayang di saat pandemi covid-19 ini.

Saya berbicara dari sudut guru dan juga orangtua/wali murid.

Saran saya untuk teman-teman guru di mana pun berada adalah :

1. Berikan rangkuman lebih awal, jauh-jauh hari sebelum ujian

Kalau seandainya Anda termasuk salah satu di antara guru yang memberikan rangkuman pelajaran, itu bagus, dan lebih bagus lagi kalau Anda memberikannya jauh-jauh hari sebelum ujian semester. 

Hemat saya, paling lambat, sebulan sebelum ujian, supaya peserta didik punya cukup waktu untuk mempelajarinya. Lebih baik lagi kalau Anda memberikannya di awal semester.

Kita sering menasihati murid supaya rajin belajar setiap hari meskipun tidak ada PR atau ujian. Orangtua juga demikian, memberikan petuah pada putra-putri mereka. Namun kalau kita memberikan rangkuman dua atau tiga hari sebelum ujian, itu artinya kita tidak konsisten dengan perkataan sendiri. 

Seandainya itu kita lakukan, berarti kita mengajarkan peserta didik untuk menerapkan SKS. Bukan "Sistem Kredit Semester", tetapi "Sistem Kebut Semalam". Belajar di saat ada ujian saja. Di saat tidak ada ujian, peserta didik santai di rumah, tidak belajar sama sekali.

Belajar butuh waktu. Proses yang panjang. Oleh karena itu, berikan rangkuman jauh-jauh hari sebelum ujian, supaya peserta didik punya cukup waktu untuk mempelajarinya. 

2. Guru membiasakan diri menulis supaya bisa menyederhanakan materi yang begitu banyak

Saya tidak bilang kalau saya sudah mahir menulis, namun saya membiasakan diri untuk menulis setiap hari. Meskipun tetap sibuk di tengah pandemi, menulis tetap jalan terus.

Tujuannya adalah supaya penjelasan saya clear, jelas, ke peserta didik, baik secara lisan maupun tulisan. Dan memang sangat bermanfaat sekali, apalagi di tengah pandemi covid-19. Menyampaikan pesan singkat lewat aplikasi perpesanan singkat bisa menimbulkan kesalahpahaman kalau tidak jelas maksudnya.

Kebanyakan teman-teman guru yang saya temui tidak suka menulis. Padahal, menulis adalah salah satu ketrampilan untuk meningkatkan kejelasan dalam menyampaikan materi pelajaran, baik secara lisan di dalam proses belajar mengajar di kelas; maupun tertulis, dalam bentuk buku, RPP, bahkan dalam pesan singkat.

Mudah-mudahan Anda termasuk salah satu guru yang suka menulis dan membiasakan diri menulis setiap hari. Dengan begitu, materi yang begitu banyak bisa disederhanakan dan jelas bagi peserta didik dan orangtua/wali murid. 

3. Jangan hanya memberikan PR, rangkuman, atau soal ujian dengan pertanyaan yang berkutat di seputar "menyebutkan" tapi juga "menjelaskan"

Saya mengamati PR, rangkuman pelajaran, dan hasil ujian Ronald dari kelas dua sampai kelas lima. 

Kebanyakan soal dan poin rangkuman hanya berkutat di seputar "menyebutkan", seperti misalnya "Sebutkan lima jenis hewan bertulang belakang!", "Apa arti dari Bhinneka Tunggal Ika?", "dan pertanyaan-pertanyaan lain yang sejenis.

Kalau di kelas dua dan tiga, mungkin masih bisa dimengerti, tapi sewaktu di kelas empat dan lima, Ronald masih menjawab berbagai pertanyaan seputar "menyebutkan" saja, rasanya jadi aneh. 

Apakah salah memberikan pertanyaan seputar "menjawab"?

Tentu saja tidak salah. Sah-sah saja. Tapi nalar berpikir peserta didik akan stuck, berhenti dengan proses copas. Copy-paste. Salin-tempel. Jawaban sudah ada di buku dan rangkuman, sehingga proses berpikir lebih lanjut, seperti mencari solusi atas suatu masalah, mempertanyakan kenapa masalah tersebut bisa terjadi, dan menjelaskan bagaimana memecahkan masalah, semua itu tidak bisa terwujud. 

Ini menurut opini saya. Mungkin Anda tidak sependapat. Memang, lebih mudah memeriksa PR dan ujian peserta didik kalau soal-soalnya kebanyakan "menyebutkan". Lebih cepat memberi nilai. Namun peserta didik tidak akan berkembang daya nalar berpikirnya, yang akan berguna kelak dalam memecahkan masalah saat mereka beranjak dewasa dan memasuki dunia kerja. 

Memang ada beberapa pertanyaan "menjelaskan" di PR Ronald yang saya lihat tapi tidak banyak, seperti "Mengapa...", "Jelaskan...", "Bagaimana cara...", dan lain-lain. Itu pun dia mengalami kesulitan untuk menjawab soal. Menurut dia, di rangkuman lebih fokus pada "menyebutkan" dibanding "menjelaskan".

Hampir 90 persen materi rangkuman adalah "menyebutkan".

Evaluasi Diri

Sebagai penutup, sekali lagi, saya mohon maaf kepada teman-teman guru. Pastinya saya menuliskan ini untuk kebaikan kita semua, baik untuk peserta didik, orangtua/wali murid, dan guru. 

Pemberian rangkuman sebagai alat bantu dari guru kepada peserta didik tentu saja layak diapresiasi, dan menjadi lebih baik lagi fungsinya apabila diberikan kepada peserta didik jauh-jauh hari sebelum ujian dilaksanakan. 

Dengan begitu, ilmu yang diberikan tidak sekadar numpang lewat belaka. 

Akhir kata, demikianlah pengalaman di lapangan dan saran saya bagi Anda semua, teman-teman guru yang luar biasa dan para orangtua/wali murid yang sudah berkenan membaca.

Di tengah pandemi, kiranya semangat mendidik terus membara. Demi terciptanya pendidikan Indonesia yang gilang gemilang di masa depan. 

Tetap semangat. 

Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun