Kenapa guru memberikan rangkuman kepada murid?Â
Dari hasil pemikiran, saya menyimpulkan, mungkin penyebabnya adalah sebagai berikut :
1. Kebiasaan memberikan rangkuman yang sudah mengakar dan membudaya
Saya melihat, kebiasaan memberikan rangkuman di sekolah Ronald dan beberapa sekolah lainnya seperti sudah mengakar dan membudaya dari tahun ke tahun.
Tiap menjelang ujian semester, selalu diberikan rangkuman ke murid. Rangkuman tersebut berasal dari guru.Â
Itu membuat saya membandingkan dengan saat dulu waktu saya masih bersekolah di SD, SMP, dan SMA. Para guru menyuruh saya dan teman-teman untuk merangkum pelajaran dari buku paket ke buku tulis.
Apakah sekarang, dengan adanya internet dan gawai, meminta peserta didik menulis rangkuman terkesan tidak ada gunanya dan buang-buang waktu saja?Â
Mudah-mudahan taksiran saya salah.Â
Yang jelas, bagi saya, guru membuatkan rangkuman untuk murid, menyebabkan murid malas membaca buku paket, LKS, dan catatan. Terbukti pada beberapa murid les saya yang masih belajar dengan saya di saat pandemi ini, karena jarak rumah mereka dengan saya dekat. Perjalanan cuma beberapa menit dan kebetulan cuma satu murid untuk satu rumah.Â
"Di hari-hari biasa, Ronald gak mau belajar. Dia nunggu rangkuman dari guru-gurunya," kata Bu Luna jengkel, karena anaknya malas belajar, tidak mau membaca buku-buku pelajarannya.
Terkesan guru "memanjakan" peserta didik. Tapi kenapa guru memberikan rangkuman? Penyebab kedua mungkin menjadi alasan kuat lainnya.Â
2. Bahan ujian yang sangat banyak
Saya geleng-geleng kepala melihat jadwal ujian semester dua online kepunyaan Ronald.