Kita sering menasihati murid supaya rajin belajar setiap hari meskipun tidak ada PR atau ujian. Orangtua juga demikian, memberikan petuah pada putra-putri mereka. Namun kalau kita memberikan rangkuman dua atau tiga hari sebelum ujian, itu artinya kita tidak konsisten dengan perkataan sendiri.Â
Seandainya itu kita lakukan, berarti kita mengajarkan peserta didik untuk menerapkan SKS. Bukan "Sistem Kredit Semester", tetapi "Sistem Kebut Semalam". Belajar di saat ada ujian saja. Di saat tidak ada ujian, peserta didik santai di rumah, tidak belajar sama sekali.
Belajar butuh waktu. Proses yang panjang. Oleh karena itu, berikan rangkuman jauh-jauh hari sebelum ujian, supaya peserta didik punya cukup waktu untuk mempelajarinya.Â
2. Guru membiasakan diri menulis supaya bisa menyederhanakan materi yang begitu banyak
Saya tidak bilang kalau saya sudah mahir menulis, namun saya membiasakan diri untuk menulis setiap hari. Meskipun tetap sibuk di tengah pandemi, menulis tetap jalan terus.
Tujuannya adalah supaya penjelasan saya clear, jelas, ke peserta didik, baik secara lisan maupun tulisan. Dan memang sangat bermanfaat sekali, apalagi di tengah pandemi covid-19. Menyampaikan pesan singkat lewat aplikasi perpesanan singkat bisa menimbulkan kesalahpahaman kalau tidak jelas maksudnya.
Kebanyakan teman-teman guru yang saya temui tidak suka menulis. Padahal, menulis adalah salah satu ketrampilan untuk meningkatkan kejelasan dalam menyampaikan materi pelajaran, baik secara lisan di dalam proses belajar mengajar di kelas; maupun tertulis, dalam bentuk buku, RPP, bahkan dalam pesan singkat.
Mudah-mudahan Anda termasuk salah satu guru yang suka menulis dan membiasakan diri menulis setiap hari. Dengan begitu, materi yang begitu banyak bisa disederhanakan dan jelas bagi peserta didik dan orangtua/wali murid.Â
3. Jangan hanya memberikan PR, rangkuman, atau soal ujian dengan pertanyaan yang berkutat di seputar "menyebutkan" tapi juga "menjelaskan"
Saya mengamati PR, rangkuman pelajaran, dan hasil ujian Ronald dari kelas dua sampai kelas lima.Â
Kebanyakan soal dan poin rangkuman hanya berkutat di seputar "menyebutkan", seperti misalnya "Sebutkan lima jenis hewan bertulang belakang!", "Apa arti dari Bhinneka Tunggal Ika?", "dan pertanyaan-pertanyaan lain yang sejenis.
Kalau di kelas dua dan tiga, mungkin masih bisa dimengerti, tapi sewaktu di kelas empat dan lima, Ronald masih menjawab berbagai pertanyaan seputar "menyebutkan" saja, rasanya jadi aneh.Â
Apakah salah memberikan pertanyaan seputar "menjawab"?