Karena pemalu, saya tidak berani menanyakan alasan mengapa bu guru memilih saya.
Tidak ada persiapan khusus karena dulu tidak ada Technical Meeting sebelum lomba (mungkin ada, diwakilkan oleh guru karena mengira cuma menulis indah. Tidak susah. Mungkin begitu pemikiran guru waktu itu).
Hari penentuan pun tiba. Lomba diadakan di sekolah lain. Bu guru berpesan pada saya dan Nadya untuk langsung saja ke esde tersebut.
"Langsung saja ke SD itu besok pagi. Pakai seragam putih merah. Jam delapan sudah harus di sana. Jangan terlambat. Jangan bikin malu sekolah kita. Oya, satu lagi. Jangan lupa sarapan," Bu Lusi sedikit memberi pengarahan.
"Baik, Bu," Nadya dan saya menjawab berbarengan.
Besok paginya, saya sudah berada di SD tempat lomba menulis indah akan berlangsung. Jam 07.30 pagi. Ayah mengantar dan menemani saya selama beberapa saat. "Ayah temani sampai gurumu datang," kata Ayah tersenyum.
Waktu Bu Lusi datang sekitar sepuluh menit kemudian, Ayah pun meninggalkan saya. Tak lama, Nadya pun datang juga.
"Perhatian. Untuk para peserta lomba menulis indah, harap menuju kelas 5A," begitulah kira-kira pengumuman yang kami dengar pada waktu itu.
Saya dan Nadya bergegas ke ruang kelas yang dimaksud. Sudah ada peserta di dalam kelas 5A. Hampir penuh.
"Silakan, Dik," kata salah seorang ibu yang berada di depan kelas. Mungkin salah satu panitia yang bertugas mengarahkan peserta.
Saya dan Nadya terpaksa menduduki kursi-kursi terdepan karena kursi-kursi di deret dua ke belakang sudah terisi.