Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa yang Biasa Anda Lakukan, Menunggu atau Ditunggu?

17 Mei 2019   23:17 Diperbarui: 17 Mei 2019   23:19 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah ada satu atau dua kali (saya lupa pastinya ^_^), beliau datang terlambat ke kampus lebih dari 15 menit. Kami, para mahasiswa, mengira beliau akan masuk mengajar kami, mengingkari komitmennya. Ternyata beliau tetap kukuh dengan kesepakatan 15 menit. Beliau hanya datang ke kampus untuk sekadar meminta maaf pada kami, dan juga ada sedikit keperluan di kantor tata usaha. Padahal, kami semua tidak keberatan kalau beliau masuk mengajar, karena kami suka cara beliau mengajar. Tidak membosankan.

Namun beliau menolak, "Saya harus tetap memegang prinsip. Kalau saya mengingkari janji, kalian akan meragukan integritas saya," kata beliau sambil tersenyum.

Bagi saya, itu adalah integritas yang bagus sekali dari sosok dosen, yang biasanya suka mau menang sendiri, tapi Pak Danu adalah perkecualian.

3. Buat perencanaan pengelolaan waktu

Orang sukses biasa dengan manajemen waktu. Tanpa "TAPI" dan "NANTI".

Kalau waktu digunakan secara serampangan, atau mengerjakan sesuatu kalau sudah mendekati deadline, itu membuktikan kalau Anda tidak bisa mengatur waktu Anda dengan baik. 

Januar, sebut saja begitu, salah seorang teman saya, berprofesi sebagai guru bahasa Inggris di salah satu SMP Negeri di Samarinda.

Sejak lama, saya melihat dia selalu sibuk dengan seabrek kegiatan di luar pekerjaan utama sebagai guru, dan kalau di rumah, dia melakukan berbagai hal dalam waktu yang bersamaan. Istilah asingnya Multitasking. Menonton tv, mengetik tugas kuliah S2-nya, membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bermain game, dan lain-lain, di waktu yang bersamaan.

Akibatnya jelas. Tak satu pun yang dia selesaikan dengan baik. Dan seringnya, dia malah merepotkan saya dengan tugas kuliahnya atau tugas dari organisasinya, padahal dia menjabat sebagai sekretaris di organisasi tersebut. Mengatur margin di pengolah kata saja dia tak tahu!

"Kalau teman bisa dimanfaatkan, kenapa tidak?" katanya enteng.

Sejak itu, saya menghindari dia, karena dia berteman dengan saya, karena saya bermanfaat untuk dia. Dia memanfaatkan saya, bukan dia yang bermanfaat atau memberi manfaat ke saya.

Tugas-tugasnya juga selalu mendesak. Malam dia datang ke rumah saya untuk meminta tolong pada saya, mengerjakan tugasnya. Besok pagi dia harus menyerahkan tugas tersebut ke dosennya. Selalu seperti itu. Satu hari menjelang dikumpul baru dikerjakan. Selain sering terlambat datang mengajar ke sekolah, dia juga tidak punya manajemen waktu yang baik. Tugas harus sudah dikumpul besoknya, baru kalang kabut. Padahal tugas tersebut sudah diberikan oleh dosen kuliah S2-nya jauh-jauh hari, namun dia baru mengerjakan sehari sebelum hari terakhir pengumpulan tugas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun