Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

3 Hal Ini Akan Punah di Dunia jika Tidak Dilestarikan

11 Maret 2019   10:56 Diperbarui: 11 Maret 2019   11:49 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Edo tidak berkata apa-apa. Dia cuma tersenyum. Namun saya yakin dia sudah memaafkan saya. 

Kadang-kadang lewat tingkah laku saja kita sudah tahu apakah orang tersebut sudah memaafkan kita atau belum. Senyuman tak mungkin tampil jika orang tersebut tak memaafkan.

Sampai sekarang, hubungan saya dengan Edo baik-baik saja. Meskipun dia sudah tak bersekolah di esde lagi, namun waktu bertemu di jalan, atau waktu saya memposting artikel di kompasiana, lalu tautannya saya posting di facebook, Edo selalu memberikan komentar yang positif.

"Bagus sekali artikelnya, Pak."

Atau kalau waktu saya memposting video saya ketika bermain gitar ke facebook, maka Edo akan berkomentar, "Keren, pak, permainannya."

Mungkin selama hidupnya, dia tak pernah mendapati ada guru yang minta maaf padanya, apalagi setelah memarahi dia.

Jadi, kalau seandainya Anda berbuat salah pada siapa pun, termasuk kepada anak Anda, janganlah gengsi untuk minta maaf. 

Saya sudah membuktikan, kalau kata "Maaf" itu tidak mengurangi wibawa saya, malah semakin memperkuatnya di mata para siswa, bahwa guru pun bisa salah, dan tidak sungkan untuk minta maaf kalau keliru bertindak. Guru juga manusia. Minta maaf tidak menurunkan wibawa, malah tambah mempererat hubungan guru dengan murid, bahwa guru adalah pengganti orangtua di sekolah. Tidak ada bedanya dengan orangtua mereka di rumah.

3. Ucapan "Terima kasih"

"Bilang apa sama Om Anton?"

"Makacih, Om."

Saya tersenyum kalau melihat situasi seperti ini. Kondisi seperti ini biasanya terjadi sampai anak masuk sekolah dasar di kelas satu sampai dua. Itu biasanya, menurut pengamatan saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun